Dari apa yang
saya baca, bahan ini menjelaskan bagaimana pemahaman tentang setan itu
berkembang, dari Perjanjian Lama hingga pada Perjanjian Baru. Pemahaman setan
sebagai makhluk yang sifatnya penggoda, penghasut, dan lain-lain mulai dilihat
tidak hanya dari sudut pandang itu saja dalam arti, pemahaman setan sebagaimana
yang diceritakan dalam cerita Yesus dicobai, mungkin juga mau menjelaskan
mengenai fungsi setan disana sebagai “orang”[1]
yang mendongkrak sisi keIlahian Yesus. Tidak hanya itu, dalam kisah Bileam
(Ul.22:22) diceritakan bahwa bangkitlah murka Allah ketika ia pergi, dan
berdirilah Malaikat TUHAN di jalan sebagai lawannya. Kata Malaikat TUHAN dalam
teks asli ibrani adalah le-satan-lo yang menjelaskan bahwa Allah sendiri yang mengirim “penghalau”
kepada Bileam. Begitu juga dalam kisah Ayub, Allah sendiri yang mengizinkan
setan untuk menguji iman Ayub (Ay.2:3). Meskipun pendongeng Ibrani pada awal
abad ke-6 SM kadang-kadang memperkenalkan tokoh supranatural yang mereka sebut
sebagai setan, apa yang mereka maksudkan adalah salah satu dari malaikat utusan
Allah dengan tujuan tertentu untuk menghalangi aktivitas manusia. Sebab dapat
kita lihat, akar kata Ibrani setan, stn
diartikan sebagai orang yang menentang/bertindak sebagai musuh dan dalam bahasa
Yunani disebut diabolos yang kemudian
diterjemahkan Ibis, yang berarti orang yang melempar sesuatu di jalan.
Seperti yang
dijelaskan di atas, bagi saya hal ini menarik. Disisi lain setan dianggap
sebagai “orang” yang selalu menjadi “bad
guy” (orang jahat), yang selalu mendatangkan hal-hal buruk, dll. Namun
menariknya ada pemahaman lain akan setan ini. Pemahaman tentang bagaimana si
setan merupakan makhluk illah yang bekerja di bawah perintah Allah. Dari sini ada pertanyan yang timbul dibenak
saya (khususnya mengenai kisah Ay.1-2), bagaimana Allah bisa bercengkrama
dengan iblis yang jelas-jelas – kita lihat sebagai penghasut manusia untuk
melakukan perbuatan jahat – sudah berdosa bahkan disebut sebagai bapa segala
pendusta dalam Yoh.8:44? Selain itu masih ada
pertanyaan lain yang muncul, apakah Allah juga yang menciptakan mereka?
Alkitab
Perjanjian Lama yakni didalam Yesaya (Yes.14) menyinggung perihal malaikat yang
jatuh (walaupun secara tersirat dijelaskan dalam bentuk yang berbeda) yang
kemudian banyak ditafsirkan sebagai kejatuhan Malaikat (bisa dilihat pula kisah anak-anak Allah dalam
Kel.6). Namun melihat konteksnya, Yesaya 14 diterima sebagai nubuatan bagi
kejatuhan Kerajaan Babel oleh Kerajaan Media Persia yang dipimpin oleh Raja
Koresy, nama yang merujuk kepada tokoh yang tersebut “Bintang Timur” atau
“Putra Fajar”. Dalam Alkitab terjemahan Vulgate (Alkitab Bahasa Latin)
mengistilahkan ini sebagai Lucifer, sehingga tidak mudah untuk menafsirkan
bahasa kiasan yang terdapat dalam Nubuatan Yesaya pada bagian ini.
Saya
rasa sikap bijaksana bagi kita bila menghadapi dialog yang sulit ini dengan
menerimanya sebagai misteri Allah yang tidak mungkin terungkap oleh
keterbatasan rasio pikir manusia yang tentu saja masing-masing dari kita pasti
punya argumen yang kuat untuk setiap pandangan yang ada mengenai hal ini. Satu
point penting yang kita jelas ketahui, bahwa realitas keberadaan Malaikat dan
Iblis tidak pernah diragukan dalam seluruh Kitab PL maupun PB. Maka dengan
begitu, kita menunjukkan sikap takluk kita dan mengakui bahwa kita terbatas di
hadapan Allah kita yang tidak terbatas. Sepatutnya kita senantiasa menjaga diri
dan bersikap waspada akan kehidupan kita, karena iblis yang itu senantiasa
bekerja menggagu kehidupan rohani orang percaya untuk keluar dari jalan kasih
Allah.
[1] Saya sebut sebagai
“orang” dalam arti sesuatu, entah itu dalam malaikat/makhluk ilahi juga bisa
saja, sebab tidak ada penjelasan yang factual mengenai siapa atau bagaimana
bentuk setan/iblis itu (kecuali yang telah disebutkan dalam beberapa peristiwa
di dalam Alkitab).