Sejarah politik ketiga
peradaban besar di dunia, yaitu Persia, Yunani, dan Romawi memiliki sejarah
yang cukup panjang dan cukup berpengaruh bagi perkembangan peradaban manusia.
Ketiga peradaban besar ini bahkan sedikit banyak mempengaruhi peradaban manusia
saat ini. Salah satunya adalah perkembangan dua agama monoteis terbesar, yaitu
Yahudi dan Kekristenan. Yahudi dan Kekristenan sendiri tumbuh dan berkembang
pada masa kekuasaan ketiga peradaban ini. Khusus untuk Kekristenan mula-mula,
sangat dekat dengan kekaisaran Romawi dengan corak Helenisnya. Untuk kerajaan
Persia dan Yunani memang tidak dekat pengaruhnya tetapi secara tidak langsung
juga memberikan dampak yang cukup besar karena Romawi menyerap kebudayaan dan
corak-corak dari dua kerajaan ini. Kerajaan Persia dan Yunani mungkin lebih
mempengaruhi dalam perkembangan bangsa Israel sendiri yang nantinya akan
berkembang menjadi bangsa Yahudi yang tidak lain dan tidak bukan adalah “wadah”
Kekristenan tumbuh dan berkembang.
I. ASIA KECIL SEBELUM
ALEXANDER
A.
Persia
Benang merah antara jaman Perjanjian Lama dengan masa Helenis
pada Perjanjian Baru adalah eksistensi Kerajaan Persia. Raja-raja Persia cukup
memberikan pengaruh terhadap kehidupan kekristenan mula-mula antara lain:
Koresy yang membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Babel setelah
mengalahkan kerajaan Babel dan membangun kembali Bait Allah, Kambises
memperluas kerajaan sampai ke Mesir, Darius pada masa pemerintahannya merupakan
masa kejayaan Persia, Xerxes adalah raja yang diduga disebut dalam Ester dengan
nama Ahasweros; dia juga menginvansi Yunani yang akhirnya dilawan oleh Leonidas
dari Sparta, Artaxerxes adalah raja yang diduga ada dalam kitab Nehemia.
Raja-raja tersebut beberapa ada dalam narasi kitab para nabi. Hal tersebut
membuktikkan bahwa eksistensi kerajaan Persia dalam perkembangan kekristenan
cukup memberikan andil besar.
B.
Yunani
Yunani sendiri cukup
memberikan pengaruh pada kekristenan mula-mula mulai dari politik sampai pada
bidang-bidang dalam kehidupan sehari-hari.Menyerahnya Persia menimbulkan dampak
yang berkelanjutan.Kemenangan Yunani atas Persia merupakan sebuah bentuk
simbolisasi kememangan bangsa yang beradab melawan barbarisme. Dengan mulai
berkuasanya Yunani, maka pada abad ke 5 SM Yunani menjadi sebuah figur politik.
Yunani sendiri memiliki banyak pemikir-pemikir genius yang pada suatu saat
nanti akan memunculkan masa perkembangan pendidikan yang pesat yang
diasosiasikan dengan para kaum Sofis. Warisan-warisan dari Yunani sendiri
bersifat sekuler termasuk agama sekulerisme. Tidak ada batasan antara yang
profan dan yang ilahi. Struktur organisasi Yunani sendiri terkenal dengan
polis. Polis merupakan sebuah kota yang independen yang di dalamnya peran
individu sangat dihargai. Ada dua poros pandangan bagi corak kepemimpinan di
Yunani, yaitu demokrasi di Athena dan oligarki di Sparta. Pada abad ke 4 SM,
muncul lah Alexander Agung yang membawa banyak perubahan (positif) bagi Yunani
dan sekitarnya. Salah satu yang menonjol adalah pengaruh dalam hal intelektual.
Meskipun pada akhirnya nanti Yunani runtuh dan digeser oleh Romawi, yang paling
bisa bertahan adalah kebudayaan Yunani itu sendiri. Kebudayaan Yunani terus
bertahan dengan corak Helenisme yang kuat. Kebudayaan ini terus bertahan dan
bahkan berkembang seiring dengan ekspansi Romawi. Kebudayaan inilah yang
nantinya mewarnai perkembangan Kekristenan. Tidak heran jika bahasa Yunani Kuno
(koine) masih digunakan sampai pada masa rasul Paulus dalam menyebarkan
Kekristenan dan pada masa-masa setelahnya.
II. ALEKSANDER AGUNG
Kerajaan Makedonia merupakan kerajaan yang berada di wilayah Balkan.
Kerajaan Makedonia ini memiliki raja yang bernama bernama Philip dari
Makedonia. Di bawah pemerintahan Philip dari Makedonia, orang-orang Makedonia
hidup dalam hura-hura, perkelahian, minum-minuman keras, dan penderitaan.
Kemudian kerajaan dipimpin oleh Philip II (359-336 SM), di mana tahta itu
didapatkan karena beliau berhasil memenangkan pertempuran Kharronea pada tahun
338 SM. Kemudian kondisi sosial yang buruk pada masa Philip dari Makedonia itu
berbalik ketika pemerintahan Philip II, karena beliau berupaya memperkenalkan
kebudayaan Yunani kepada masyarakat melalui pendidikan. Pada masa
pemerintahannya, Philip II menjadi pemimpin liga dalam pertempuran kekaisaran
Persia. Pada akhirnya, Philip II meninggal dalam perang pada tahun 336 SM.
Setelah kematian Philip II, Aleksander (356-323 SM) mewarisi tahta
ayahnya. Aleksander secara khusus dididik oleh Aristoteles, yang dihadirkan
khusus oleh ayahnya, Philip II. Aleksander juga mewarisi rencana Philip II,
yaitu menyerang Persia. Upaya Aleksander untuk menyerang Persia, yaitu melalui
Thebes (Mesir) dan beberapa kota Yunani di Asia Minor. Selanjutanya Aleksander
mendapatkan gelar “Raja Agung” (“Great
King”) ketika beliau berhasil mengalahkan Darius II dari Persia. Dalam
perjalanan penaklukkan ke Persia, Aleksander berupaya untuk berekonsiliasi
dengan orang asli dan mendirikan kota-kota Yunani. Rekonsiliasi dan adanya
kota-kota Yunani inilah yang menjadi pusat difusi kebudayaan Yunani berkembang
secara bebas. Aleksander juga membangun kuil-kuil dewa-dewi Yunani yang
berdampingan dengan dewa-dewi asli dari suatu kota atau wilayah. “Sebuah hasrat membuatnya (Aleksander) tertangkap”, cerita-cerita kuno
menceritakan Aleksander demikian. Aleksander memiliki keterampilan yang diakui
dalam tindakan, motivasi personalnya, dan kemampuan berstrateginya.
Ada sepuluh dampak yang ditimbulkan melalui kepemimpinan
Aleksander, antara lain:
1) Melalui adanya ekspansi Yunani ke luar negri maka jumlah
orang Yunani di luar negri pun cukup meningkat, oleh karena itu 2) kebudayaan
Yunani semakin berkembang dan meluas ke negeri-negeri lain dengan cepat oleh
karena ekspansi militer Aleksander. 3) Dalam
segi ekonomi sangat banyak kemajuan bahkan Aleksander membuat mata uang sendiri
yang terbuat dari perak berbentuk koin. 4) Bahasa Yunani menyebar lebih jauh,
orang-orang mulai berbicara dengan bahasa Yunani. 5) Alam pikir dari Yunani
diterima oleh orang-orang non Yunani juga. 6) Dalam segi pendidikan menjadi
lebih baik. Literasi dan pendidikan menyebar dengan luas. 7) Adanya penyebaran
dewa-dewi Yunani dan tradisi kultis. Dewa-dewi Yunani diidentifikasikan dengan
dewa-dewi asli suatu bangsa tertentu. 8) Munculnya filsafat dalam memahami cara
hidup, hal ini dipengaruhi oleh kaum Sofis daan Sokrates. 9) Adanya pembangunan
sosial yang berbasis pada polis. 10)
Semakin meningkatnya individualisme. Individualisme dilihat sebagai sebuah
oposisi terhadap universalisme.
III. KERAJAAN HELENIS
A.
Diadoke
Aleksander membagi
wilayah-wilayahnya kepada saudara dan anak-anaknya dari istrinya Roksan.
Setelah tahun 305 SM, Masa Helenis dimulai dalam serangkaian aliansi yang rumit
dan pertempuran. Anak Aleksander, Cassander memerintah wilayah Makedonia.
Lysimachus memerintah Thrace;
Ptolemaik I memerintah wilayah Mesir; dan Antigonus I beroperasi di wilayah
Asia. Kemudian ada pertempuran Ipsus di tahun 301 SM yang sengaja diprakarsai
oleh Antigonus I demi mendapatkan wilayah yang semakin luas. Pada tahun 280 SM,
yang tersisa hanya tiga dinasti saja, yaitu Ptolemaik di Mesir; Seleukid yang
memerintah dari wilayah Persia, Siria sampai Asia kecil; dan Antigonid yang
memerintah Makedonia. Sebuah dinasti keempat juga berdiri, tetapi tidak tidak
secara langsung terhubung dengan Aleksander, yaitu Attalids dari Pergamum.
Attalids dari Pergamum ini berkembang di tengah-tengah perkembangan Seleukid.
Dalam kerajaan Helenis, posisi raja menjadi posisi yang sangat penting, sebab
raja berperan penting perkembangan tradisi pemerintahan. Dalam hal ini, kelompok
dapat menduga bahwa jika raja memiliki peranan penting dalam tradisi
pemerintahan, maka dapat diduga bahwa ketika raja berganti, maka tradisi
pemerintahan pun juga dapat berganti, mengikuti tradisi dan kebijakan raja yang
baru. Jika dugaan di atas benar, maka keadaan politik kerajaan itu tidak
terlalu stabil karena dimungkinan adanya perubahan dan kebijakan yang baru
dalam roda pemerintahan. Pada akhirnya, kerajaan Helenis ditaklukkan oleh Roma,
melalui perang Punik kedua.
B.
Ptolemaik-Mesir
Setiap raja-raja Mesir
dalam masa Helenis dinamakan sesuai dengan pendirinya. Di Mesir, Ptolemaik
merupakam gelar yang disandang oleh para raja. Gelar Ptolemaik dilangsungkan
hingga Ptolemaik XV. Selanjutnya pada ratu kerajaan bergelar Kleopatra.
Mengenai kerajaan Ptolomaik-Mesir ini, kelompok hanya menjelaskan secara garis
besar, poin penting apa saja yang dapat menjadi informasi berharga.
Pertama, Ptolemaik I
Soter (367-283 SM). Beliau membangun dasar politik yang kuat dalam hal
peraturan, militer, dan administrasi kerajaan. Beliau juga mulai mengembangkan
budaya dengan membuat perpustakaan di Aleksandria. Kedua, Ptolemaik II
Philadelphus (308-246 SM). Sebelum Ptolemaik I meninggal, rupanya beliau telah
memberikan tahtanya kepada Ptolemaik II. Hal ini dapat terlihat dari tahun
Ptolemaik II mendapatkan tahta kerajaan. Namun menurut Ferguson Ptolemaik II
ternyata baru secara sukses dan efektif memerintah Mesir pada tahun 285 SM.
Beliau berhasil mengokohkan sisi ekonomi dan budaya yang dimulai oleh Ptolemaik
I. Ptolemaik II berupaya menyelesaikan desain kota Aleksadria, perpustakaannya,
dan bangunan museum. Pada tahun 200 SM Aleksandria menjadi kota terbesar di
kawasan Mediterania.
Pada perkembangan
selanjutnya para Ptolomaik membuat
Aleksandria menjadi semakin hebar dalam perkembangan intelektualitas, dan
Aleksandria pun memberikan pengaruh sejarah religius yang berkembang di kawasan
Mediterania. Para Ptolomaik tidak hanya mendirikan kota Aleksandria saja,
tetapi juga kota lain, seperti Naukratis dan Ptolemais.Kelompok berpendapat
bahwa letak Aleksandria yang strategis, yaitu kota pelabuhan, maka dapat diduga
bahwa kota Aleksandria ini menjadi salah satu kota yang penuh sesak karena
(pasti) menjadi kota perdagangan dari Yunani ke Asia, dan sebaliknya. Oleh
karena kota ini merupakan (salah satu) pusat pendidikan dan perdagangan, maka
banyak orang baik dari Asia maupun dari Yunani atau pun dari negeri lain yang
datang ke Aleksandria sehingga kota ini juga menjadi kota penting tempat
penyebaran budaya Yunani lebih luas lagi.
Kejatuhan kerajaan
Mesir ke bangsa lain itu ketika Ptolomaik berkuasa atas Palestina, Siprus,
beberapa pulau Aegean, dan sebgaian kecil di Asia kecil. Oleh karena luasnya
kerajaan ini, maka pasukan militer yang ada tidak ditempatkan secara merata dan
hanya berpusat bukan di kota-kota penting. Ketika pertempuran terjadi,
kota-kota pun jatuh ke tangan penjajah yang baru. Pada tahun 168 SM, ada
intervensi dari Roma, dan pada akhirnya Roma menguasai kerajaan Mesir dan
menjadikan Mesir sebagai sebuah provinsi.
C.
Seleukid-Siria
Seleukid I Nikator
(358-280 SM) merupakan anak dari Antiokus, orang Makedonia. Oleh karena itu
gelar kerajaan Seleukid adalah Seleukid dan Antiokus. Kerajaan Seleukid ini
mendapatkan wilayah Babelonia, setelah Aleksander Agus meninggal. Pada proses
sejarah selanjutnya, kerajaan ini sering diwarnai dengan pertempuran di kawasan
Mesopotamia. Walaupun bersaudara dengan kerajaan Ptolemaik-Mesir, tetapi mereka
tetap saling bertempur demi mendapatkan wilayah yang lebih luas lagi. Pada
suatu waktu, Seleukid hampir mendapatkan kerajaan Mesir, tetapi gagal karena
adanya intervensi dari Roma.
Wilayah Seleukid melibatkan kuil-kuil kuno yang ada di Siria
dan Asia. Kawasan Mesopotamia memang merupakan kawasan yang berpusat pada kuil.
Oleh karena itu pendeta-pendeta kuil mempunyai dominasi yang kuat dalam kancah
politik dan ekonomi, termasuk kecurangan-kecurangan yang mereka lakukan. Hal
yang mengejutkan orang-orang Seleukid yang merupakan keturunan orang Yunani
adalah adanya penuh sesak di kuil budak dan prostitusi kudus yang dilayankan
demi pemujaan terhadap dewa-dewi. Artemis dari Efesus, misalnya, adalah dewa
kesuburan menurut tradisi Yunani, kemudian diadopsi oleh masyarakat secara
luas. Padahal seharusnya kuil Artemis ini hanya ada di kota-kota Yunani saja.
Kemudian di kawasan Yudea ada tradisi kuil-negeri. Kuil negeri ini, seperti
halnya mesjid agung di sebuah kota di Indonesia. Kuil negeri ini besar dan luas
dan menjadi pusat peribadatan masyarakat. Seleukid beruapaya untuk
memperkenalkan tradisi Helenis kepada wilayah-wilayah Seleukid melalui
kota-kota Yunani. Zeus dan Apollo merupakan dewa-dewa yang diidentifikasikan
dengan dewa-dewa asli suatu tempat. Seleukid membuat banyak kota-kota baru dan
membangun kota-kota lama, karena menurut teori Yunani polis memiliki peranan penting dalam roda pemerintahan. Kota yang
dikenal cukup dekat oleh tradisi kekristenan adalah kota Antiokia dan Orontes.
Kedua kota tersebut bukanlah kota pusat pendidikan, tetapi merupakan kota
perdagangan terbesar. Reputasi kota-kota itu dikenal dengan kota yang
menyenangkan. Seleukid memang mengauasai daerah Asia kecil tetapi kota Galatia
belum tersentuh oleh helenisme. Kota Galatia tersentuh helenisme ketika masa
Roma.
IV. ROMA
A.
Orang-orang
Roma yang Genius
Di awal pemerintahan Roma
ini, Roma merupakan republik Roma, belum menjadi sebuah kekaisaran. Polybius,
seorang sejarahwan Yunani pada abad ke-2 SM, membuat sebuah buku yang mendata
sumber kekuatan Roma. Prestasi Roma berasal dari adanya konsul, senat, serta
demokrasi dan pengikat semuanya itu adalah tunduk akan dewa-dewa yang
terekspresikan dalam ritus tradisional. Dari sini, terlihat bahwa Roma itu
beraliran pemerintahan teokrasi dengan pietisme. Namun sebenarnya tidak
demikian. Roma menjadi kuat karena yurisdiksinya. Adanya Ius dan Fas
dikombinasikan dalam pemerintahan, inilah kekuatan Roma saat itu. Ius adalah
peraturan sosial. Fas adalah peraturan religius. Roma mengukur segala
sesuatunya melalui peraturan yang dibuat. Berbeda dengan Yunani, orang Yunani
melihat segala sesuatunya melalui manusia. Di timur, orang-orang timur mengukur
segala sesuatunya dari Tuhan.
Roma memiliki kemampuan
menyerap apa saja yang ada di sekitarnya dengan bebas. Roma dapat menyerap
tradisi kultik bangsa lain. Ini terlihat dari kualitas para politikus Roma yang
menyamai kualitas politikus Yunani. Roma
merupakan sebuah bangsa yang senang “meniru” atau “meminjam” budaya dan ritus religius bangsa lain. Namun dalam
perkembangannya, Roma mengklaim bahwa budaya dan ritus itu adalah budaya dan
ritus Roma. Oleh karena Roma mudah menyerap segala sesuatu yang masuk di dalam
kekuasaannya, citra yang berkembang terhadap Roma, bahwa Roma dikenal sebagai
republik yang elastis.
Roma sebenarnya
bertumpu pada city-state, maksudnya
kota-kota di Roma itu tidak memiliki batasan tertentu; seorang budak dapat
menjadi warga masyarakat. Berbeda dengan di Yunani, di Yunani statusnya
terbatas; budak tidak dapat menjadi warga masyarakat. Hal ini menjadi menarik
ketika kelompok mengaitkan tema aturan perbudakan ini dalam sebuah kitab dalam
PB. Contohnya dalam kitab Filemon, Paulus meminta Filemon untuk menerima
kembali Onesimus, tidak sebagai budak tetapi sebagai saudara seiman (Fil 1:16).
Dalam surat (kitab) Filemon ini, Paulus telaj terpengaruh alam pikir Roma,
Yunani, dan sekaligus Yahudi. Namun Paulus mengerti benar batasan dan di mana
Paulus berpikir sesuai dengan tempatnya. Paulus meminta adanya pengangkatan
status Onesimus, yang dahulu budak, menjadi warga masyarakat biasa. Dalam hal
ini Paulus mengaplikasikan tradisi Roma. Di
sisi lain, Paulus tetap sopan dengan meminta persetujuan Filemon tentang
permintaan Paulus. (Fil 1: 10) karena dalam tradisi Yahudi, seorang majikan
berkuasa penuh terhadap budaknya. Dalam hal ini majikan adalah Filemon, budak
adalah Onesimus. Sedangkan Paulus dewasa dalam tradisi Yunani yang sudah
berkembang luas saat itu. Jadi seorang Paulus secara garis besar mengerti benar
budaya-budaya yang berkembang saat itu, minimal Yunani, Roma, dan Yahudi, di
tengah jemaat-jemaat (diaspora) yang pernah beliau layani.
Dalam menjalankan roda
pemerintahan, pemimpin-pemimpin Roma memiiki idealisme yang terus
berkelanjutan. Para penguasa-penguasanya Roma berorientasi pada
pertumbuhan dan perluasan wilayah Roma.
Hal ini mengakibatkan Roma terus berperang dengan bangsa-bangsa lain di timur
dan barat Roma. Perang memang membawa sisi positif yaitu perluasan wilayah
jajahan, tetapi juga membawa masalah negatif baru bagi Roma. Ada
pemberontakan-pemberontakan dari provinsi-provinsi Republik Roma. Oleh karena
adanya pemberontakan dari provinsi-provinsi, maka Roma membuat sebuah sidang
yang memutuskan tentang tanggung jawab para gubernur provinsi. Adanya tanggung
jawab yang harus dilakukan oleh gubernur provinsi itu diharapkan para gubernur
secara lokal dapat mengatasi masalah pemberontakan tersebut.
B.
Roma
dan Dunia Barat
Roma mencoba untuk
menaklukkan bagian baratnya, yaitu Kartago, melalui perang Punik. Perang Punik
berlangsung tiga kali dan membuat Roma memperbesar wilayahnya. Perang Punik
Pertama (262-241 SM), Roma menaklukkan Sardinia, Korsika, dan Sisilia. Perang
Punic Kedua (218-201 SM), Hanibal melancarkan invasi ke Italy dari Spanyol
dengan menyebrang pegunungan Alps. Invasinya membawa penderitaan yang besar dan
kekuatiran. Roma pada akhirnya menemukan jendral yang hebat, yaitu Scipio
Africanus, orang yang akhirnya mengalahkan Hanibal di Afrika. Roma mendapatkan
Italy utara, selatan Galia, dan Spanyol. Pada perang Punik Kedua ini Roma juga
menyerang dan menaklukkan kerajaan Helenis di bagian barat Roma dan sebagian di
pantai utara Afrika. Perang Punic Ketiga (149-146 SM), perang ini mengalahkan
Kartago sepenuhnya dan semua bagian barat Mediteran berada di bawah
pemerintahan Roma. Melalui perang dan penaklukan bangsa lain, Roma menanamkan
pengaruhnya seperti bahasa Latin ditanamkan di Spanyol, Galia, Inggris, Rhineland, dan utara Afrika.
C.
Roma
dan Dunia Timur
Etruria merupakan
sebuah bangsa yang letaknya berada di tengah-tengah Italia dan wilayah
kekuasaannya bertetangga dengan Roma, memiliki relasi dengan Asia Kecil. Hal
itu dilihat sebagai peluang emas Roma untuk menaklukkan dengan mudah pesisir
Mediterania Timur, yaitu Timur Dekat, daerah Yudea dan sebagian Asia Kecil.
Kemudian setelah melalui serangkaian serangan, Etruria di bawah kekuasaan
republik Roma.
Kemudian perang di
selatan Italy berlangsung sekitar 280-275 SM oleh Pyrrhus, raja Epirus di
Yunani. Perang ini melibatkan Roma. Pada akhirnya Tarentum (kota pelabuhan di
selatan Italia) ditaklukkan oleh Roma. Kota Tarentum ini merupakan kota penting
bagi kerajaan Epirus-Yunani, kareka kota ini terletak di wilayah pesisir
tenggara Italia. Ketika kota ini jatuh, maka ada efek domino yang ditimbulkan
ke arah timur, khususnya bagi kerajaan Epirus-Yunani, yaitu harus adanya budak
yang dikirimkan ke Roma. Adanya budak yang dikirim ke Roma ini membuat Roma
semakin mengenali budaya dan tradisi Yunani, bahkan alam pikir Yunani.
Setelah jatuhnya
Tarentum, maka berkobarlah perang Makedonia. Perang Makedonia terjadi empat
kali. Perang ini adalah upaya untuk menaklukkan wilayah Makedonia (Yunani)
seutuhnya. Pada akhirnya Makedonia takluk dan menjadi salah satu provinsi Roma
(148 SM). Ketika perang Makedonia berlangsung, Roma meminta raja Seleukid
(Siria), Antiokus III, untuk melepaskan negeri Mesir dari wilayah Seleukid.
Setelah Makedonia jatuh ke Roma, Siria dipaksa melalui perang untuk
meninggalkan Mesir. Kemudian Mesir menjadi wilayah jajahan republik Roma,
tetapi seluruh Mesir belum sepenuhnya dalam kekuasaan Roma. Pada 146 SM,
aliansi Yunani dihancurkan sampai ke kota-kota kecilnya, termasuk Korintus.
Attalus III menyerahkan kerajaan Pergamum kepada Roma pada tahun 133 SM dan di
tahun 129 SM Roma memerintah provinsi Asia. Kemudian Siria dijadikan provinsi
pada tahun 63SM, dan Mesir pada tahun 31 SM.
Rome
adalah berarti kekuatan dlm bhs Yunani. Kekuatan Roma dihormati di Timur. Roma
mengambil peninggalan politis dan budaya dari Aleksander di barat sungai Efrat.
Roma berhasil menyatukan dunia. Roma membawa keamanan dan jalan-jalan ke timur
dekat. Roma tidak membawa budaya baru, Yunani dan Latin menjadi bahasa yang
masih umum di sana. Budaya Yunani masih kental walupun di bawah pemerintahan
Roma. Menurut kelompok, Republik Roma memiliki strategi perang patut
diperhatikan. Untuk mencapai wilayah pesisir Timur laut Mediterania, Rep. Roma
berekspansi ke Yunani, lalu ke Asia kecil bagian utara (kerajaan Pergamum,
sekarang masuk dalam wilayah Turki dan Siria). Rep. Roma muncul dengan kekuatan
besar untuk menaklukan pesisir-pesisir Laut Mediterania, berupaya untuk
mempersatukan wilayah yang besar dalam kekuasaan Roma. Dari data di atas,
menurut kelompok, Aleksander-Makedonia mempunyai peranan besar dalam munculnya kekuatan besar seperti Roma. Sudah
tentu cerita tentang Yunani yang hebat, yang melakukan ekspansi ke timur, di
bawah pimpinan Aleksander sudah tersebar dengan luas, termasuk ke Roma. Eksistensi Rep. Roma hampir menyamai
eksistensi kerajaan Makedonia karena hampir memiliki keluasan wilayah yang
hampir sama dengan kerajaan Makedonia. Hal ini terjadi karena ada kemungkinan
bahwa cerita Aleksander Agung begitu inspiratif bagi orang-orang Roma,
khususnya para elit politik dan pemimpin pemerintahan, selanjutnya mereka
hendak
D.
Republik
Awal: Perang Sipil
Adalah Tiberius dan
Caius Gracchus, dua orang bersaudara yang mengajukan adanya reformasi peraturan
tanah. Reformasi ini juga diajukan untuk wilayah yang lebih luas dan menyangkut
reformasi sosial dan politik. Namun hal ini rupanya menimbulkan kekacauan di
Republik Roma. Kedua bersaudara ini pun meninggal karena tuntutan reformasi
yang mereka ajukan. Selanjutnya, reformasi itu membuat adanya perselisihan dan
berakhir dengan perang di Roma.
Ketika abad ke-2, ada
invasi dari bangsa Teuton dari utara. Kemudian ada pertempuran juga di
Numidia-Afrika utara. Pemberontakan dan perang itu menjadikan
Marius menjadi pemimpin
perang. Intervensi tentara Marius dalam pemberontakan sipil di Roma pada 100 SM
menunjukkan potensi solusi militer untuk masalah-masalah politik. Pada abad
selanjutnya, masalah internal dan eksternal meningkat. Dibutuhkan banyak
tentara untuk perang yang berkepanjangan, terutama di luar negeri. Perang
dengan bangsa-bangsa lain membutuhkan biaya yang besar sehingga melemahkan
kekuatan ekonomi Roma.
Pemberontakan sipil
yang besar dimulai pada tahun 90 SM. L. Cornelius Sulla bertugas untuk
memadamkan pemberontakan-pemberontakan. Bersama dengan pasukannya, Sulla
berhasil memadamkan pemberontakan dan menjadikannya orang nomor satu di senat.
Untuk mempersiapkan perlawanan terhadap pemberontakan (lagi), Sulla pensiun
dari jabatannya. Marius pun juga ikut dalam perang sipil itu bersama dengan
pasukannya, tetapi Marius kalah dan mati (86 SM).
Sementara itu
Mitridates VI, raja kerajaan Pontus (terletak di utara wilayah Turki,
sekarang), memperluas kekuasaannya di Asia. Ini merupakan ancaman bagi wilayah
Roma, khususnya wilayah timur. Sulla berhasil memenangkan perang melawan
Mitridates VI dan memaksanya untuk membayar upeti besar kepada Roma. Sulla kembali
ke Italia dengan membawa kemenangan dan mengakhiri perang sipil. Sulla ditunjuk
menjadi seorang pemimpin diktaktor Roma. Kemudian Sulla membuang dan membunuh pasukan Marius. Darah pasukan Marius
pun menuntut balas Sulla dengan bayaran dengan jumlah yang besar kepada pemeras
yang mengetahui perbuatan Sulla. Untuk memenuhi tuntutan pemerasan itu, Sulla
mengambil uang dari keuangan Roma. Sulla tidak mengelak ketika ada pemeriksaan
keuangan di konstitusi Roma. Sulla kemudian mundur dari jabatannya.
Pada periode
pemerintahan Pompey, seorang pemimpin dan negarawan berkualitas, yang
menunjukkannya melalui penumpasan
serangan dari bajak laut Mediterania, sekaligus mengakhiri ancaman Mitridates
VI. Perang ini membuat Seleukid masuk dalam kendali Roma. Pompey memiliki
saingan, yaitu Crassus. Namun Pompey berhasil membuat Crassus menjadi
aliansinya. Crassus memegang pemerintahan di Siria. Di tahun 59, muncul konsul
pertama C. Julius Caesar. Di tahun-tahun ini mereka, yaitu Caesar, Pompey, dan
Crassus disebut sebagai “tiga serangkali pertama”.
“Tiga serangkai
pertama” itu memerintah republik Roma dengan wilayah kekuasaan masing-masing di
tempat yang berbeda tetapi masih dalam satu republik Roma.
Kemudian Crassus mati
di tahun 53 SM. Hal ini membuat ketidakseimbangan politik di dalam pemerintahan
sendiri. Ketika kondisi politik sedang kacau, karena ketidakseimbangan aliansi
politik, maka senat membuat manuver politik dengan cara menjadi oposisi Pompey.
Perang kembali terjadi ketika Caesar berperang melawan Pompey dan pasukannya di
tahun 49 SM dan Pompey kalah. Caesar pun menjadi pemimpin satu-satunya, seorang
diktaktor. Caesar terus melawan wilayah-wilayah politik yang memberontak sampai
tahun 45 SM. Adalah Cassius dan Brutus yang berniat untuk membunuh Caesar
karena mereka membenci Caesar. Mereka berharap bahwa ketika Caesar mati, maka
republik Roma yang lama dapat pulih, namun setelah Caesar mati, ternyata tidak
terjadi.
“Tiga serangkai kedua”,
yaitu Oktavianus, Cleopatra VII, dan Antonius. Para tiga serangkai menguasai
Roma. Namun pada perjalanannya kemudian, Antonius dan Oktavianus dibuang ke
dalam pertempuran Filipi tahun 42 SM, kedua pemimpin ini saling berperang.
Oktavianus mengajak Cleopatra VII, penguasa Ptolemeus terakhir di Mesir, untuk
ikut berperang melawan Antonius. Kekalahan yang besar terjadi di dua kubu,
antara Antonius dan Cleopatra VII. Kekalahan besar ini membuat keduanya bunuh
diri di Mesir (31 SM). Setelah kematian Cleopatra VII inilah membuat Mesir
dapat dikuasai Roma sepenuhnya dan dijadikan provinsi di tahun yang sama 31 SM.
Pemberontakan sipil Romawi akhirnya berakhir karena para pemimpin Rep. Roma,
yang merupakan pemrakarsa adanya perang, meninggal satu per satu, menyisakan Oktavianus,
begitu juga republik Roma pun berakhir di tangah Oktavianus. Roma pernah
menjadi kekaisaran republik untuk beberapa waktu, kini menjadi kekaisaran.
Kemudian Oktavianus mendirikan konstitusi yang baru, yaitu merombak kekaisaran
republik Roma menjadi sepenuhnya kekaisaran. Oktavianus kemudian disebut Kaisar
Agustus.
E.
Agustus (Oktavianus)
Agustus yang sebelumnya
disebut Oktavian memahami adanya situasi baru yang dibutuhkan yaitu: tangan
besi; tidak adanya kemutlakan yang jelas; mencoba membangun kembali moral dan
mendukung pemerintahan; adanya kebutuhan untuk pelayanan dan stabilitas. Pada
masa pemerintahannya ini, kisah Yesus dimulai. Yesus lahir pada masa
pemerintahannya (Lukas 2:1-2).Res gestae (ketetapan) menyatakan bahwa posisi
Oktovian melampaui setiap orang dalam auctoritas.
Auctoritas adalah kombinasi kuasa atau kekuatan bawaan (lahir) dan wibawa yang
menunjuk kepada seseorang yang secara alami diikuti oleh orang-orang. pada abad
27 sM, Agustus mengusulkan sebuah kekuasaan militer yang sangat besar yang mana
terdiri dari 3-4 pasukan, selama 10 tahun. Adanya sebuah kebiasaan yang
dikembangkan dengan memanggil Agustus princeps,
yaitu pemimpin masyarakat, dan kepala pemerintahan. Ini adalah deskripsi
terminologi; bukan seperti gelar resmi pada kaisar. Agustus mendapat jabatan pontifex maximus pada abad 12 sM sebagai
bagian dari programnya untuk memulihkan keagamaan di Republik. Makna kontribusi
Agustus pada awal kekristenan mengandung kedamaian, kemakmuran ekonomi, perbaikan
komunikasi, pemerintahan yang stabil, dan sebuahrasa pembaharuan. Ada sebuah
perasaan yang kuat tetang sebuah awal yang baru, sebuah pergolakan pada era
sebelumnya dan akhir peperangan dan kedamaian pada era yang baru dan awal
kemakmuran. Dapat dikatakan jika Yesus lahir dibawah pemerintahannya, maka
Yesus lahir dalam keadaan yang damai dan makmur serta segala sesuatunya
terorganisir dengan baik.
Kekaisaran Awal
Tiberius(tahun 14-37
Masehi).Tiberiusadalah anak dariistri keduaAugustus,
Livia, daripernikahan sebelumnya. Ia
tampaknyatidak dipertimbangkan untuk menjadi calon raja hingga semuakemungkinan
telah habis. ManipulasiAugustusdarikehidupan
pribadiorang-orang di sekitarnya terlihatdalam kebutuhannyamenikahkan Tiberius
dengan putrinya Julia, lantaran adanya pembicaraan di Roma
mengenai ketidaksetiaan Julia. Tiberius berkuasapada umur
55 tahun. Pemerintahannya membawa stabilitas hingga ke perbatasan negara,
dan ia membawa ketentraman yang lebih baik.Pontius Pilatus yang adalah gubernur
di Yudea pada saat penyaliban Yesus. Pontius Pilatus menjabat pada masa kaisar
Tiberius. Dalam Injil (Matius 27:11-26, Markus 15:1-15, Lukas 23:1-7 dan
23:25). Pontius Pilatus memang tidak menemukan kesalahan pada Yesus, tetapi dia
mengambil sikap agar tidak terjadi pemberontakan sehingga Pilatus akhirnya
menyerahkan sepenuhnya pengadilan Yesus ini kepada orang-orang Yahudi.
Sepertinya Pilatus mengambil sebuah tindakan yang “mencari aman” agar
perdamaian yang sudah ada tetap stabil.
Gaius Caligula (tahun 37-41 Masehi). Gaius merupakan cucu dari
saudara Tiberius, Drusus. Gaius memulai dengan mendukung senat, akan tetapi ia
tumbuh di lingkungan keluarga yang penuh tragedi, penuh kecurigaan, dimana hal
ini mempengaruhi kegilaannya yang terlihat sebelum pembunuhan yang ia lakukan.
Secara lalai ia menghabiskan hartanya dan menjadi yakin akan keilahiannya,
serta menuntut penghormatan keilahiannya. Pemerintahannya ditandai dengan
konflik dengan Yahudi lantaran ia memerintahkan membangun sebuah patung di Kuil
Yerusalem di tahun 40 Masehi.
Claudius (tahun 41-54 Masehi). Claudius merupakan paman Gaius.
Penjaga-penjaga Kaisar yang membunuh Gaius menemukan Clauidus bersembunyi di
istana dan menempatkan dia sebagai kandidat mereka kepada pemimpin sipil.
Negosiator di antara hakim-hakim dan senat, yang adalah Agripa I, memberi
Claudius penghargaan dengan memperluas seluruh kerajaan Palestina. Claudiusmenegaskanhak-hak istimewaorang Yahudidi Alexandria, memperingatkanorang-orang Yunanidi sana untukmenjagaperdamaian
danorang-orang Yahudiharus puas denganapa yang mereka milikidan bukan untuk
mencarihak istimewa yang lebih. UsahautamaClaudiusdalam
urusan luar negeri adalah penambahan Britania ke dalam
kekaisaran. Dalamurusan dalam negeri, iamenetapkan
standartinggi untukkewarganegaraan Romawi, namun jugamembukanya
untukpria yang berjasa di provinsi-provinsi.
Nero (tahun 54-68 Masehi). Menurut desas-desus kuno, Agrippinatelah meracuni Claudiusketikaiasudah tidak ada bisa lagimengamankantahta
anaknya Nero. Neromemilikiistri,Octavia, yangdiduga
dibunuh di tahun 62 Masehi supaya bisa menikahiPoppae.Pandangan Nero terhadap segala hal yang berhubungandengan Yahudi dan
Kristen,tidak begitubaik. Kebakaran besar Roma pada
tahun 64 Masehi disalahkan
padaorang-orang Kristen. Tradisi menempatkan Petrus dan Paulus di Roma
setelah kejadian(-kejadian) yang terjadi sehingga telah diakui bahwa mereka
berdua termasuk salah satu orang-orang yang mempengaruhi kekristenan dapat
berkembang hingga sekarang ini. Pemberontakan besar Yahudi di Palestina terjadi
di tahun 66 Masehi, dan Vespasian ditempatkan untuk menekan pemberontakan
tersebut. Pemberontakan-pemberontakan terjadi di antara pasukan-pasukan di
barat dan ketika penjaga-penjaga kaisar memberontak di Roma, Nero melarikan
diri dari kota dan akhirnya memutuskan untuk bunuh diri, masih umur 30 tahun.
Dengan kematiannya, ia telah mengakhiri Dinasti Julio-Claudian.Dalam penulisan
surat Paulus kepada jemaat di Roma pasal yang ke 13, ditulis pada zaman ini.
Perang Sipil: tahun
68/69 Masehi. Kebingungan yang mengikuti perjalanan Nero telah membawa perang
sipil. Pasukan-pasukan dan jenderal-jenderal menemukan rahasia kerajaan, bahwa
pemimpin rakyat dapat dibuat dimanapun, selain di Roma. Terjadi juga
pemberontakan di kalangan bangsa Yahudi karena peristiwa pengambilan kas Bait
Allah oleh salah satu petinggi Roma. Vespasian mengambil tindakan atas
pemberontakan tersebut, dan membiarkan putranya Titus untuk melanjutkan perang
Yahudi, membuatnya berbaris diRomapada akhir tahun 69 Masehi dan tibadi kotasendiridi tahun 70
Masehi. Di tahun ini pula dan dibawah komando Titus, Bait Suci hancur untuk
kedua kalinya dan bangsa Yahudi harus terpencar lantaran mereka tidak boleh
kembali ke Yerusalem lagi. Keruntuhan Bait Allah membuat wibawa orang Yahudi
hancur pula di mata Roma.
Vespasian (tahun 69-79 Masehi). Vespasian meresmikan dinasti Flavian.
Ia datang dari sebuah kota kecil di Sabine bukit Itali. Kakeknya telah menajdi
perwira di pasukan, jadi ia mewakili kebangkitan kelas pemerintahan kota-kota
Itali yang menjadi pengaruh terbesar di Roma. Vespasian mengubah karakter senat
dengan menggambarkan anggota baru dari aristokrasi kota Italy dan barat. Ia dan
Titus merayakan kemenangan di Roma tahun 71 Masehi atas kesuksesan dalam menekan
pemberontakan di Yudea.
Titus (tahun 79-81 Masehi). Sebuah demam telah menyingkatkan
kehidupan Titus. Pemerintahannya diingat karena 2 peristiwa: pertama,letusanVesuvius, yang menghancurkan Pompeiidan
Herculaneumdi tahun 79dan memberinyakesempatan untukmenunjukkankemurahan hatinya, dan kedua, pembukaanColosseumyang
berlebihan,dimulai
olehayahnya dandiselesaikan olehDomitianussaudaranya, dan pengeluaran selanjutnya
untukpermainan-permainan dan acara-acara. Di bawah
komandonya, Bait Allah hancur dan diaspora orang Yahudi dimulai.
Domitian (tahun 81-96 Masehi). Pemerintahan
Domitian dicirikan dengan pembuangan dan eksekusicukup
banyakdari keluargasenator, jadi memorinya secara umum dikutuk olehsenat,setelahpembunuhan itu. Domitianusbersikeras pada juduldominusetdeus(“Tuhan dan Tuhan”), dantradisi
Kristenmengingat dia sebagai seorang penganiayadankaisar yang memerintah di Kitab Wahyu yang telah ditulis.
“Lima Kaisar yang Baik.” Nerva(tahun 96-98 Masehi) merupakan seorang
tokohtransisi. Senatmenyukainya, tapi tentara (yangmembencipembunuhanDomitianus) tidak.Nerva, tidak mempunyai anak dan di umur 60an, ia mengadopsikomandan
pasukan atas Jerman Atas, Trajan. Apa mungkinlangkah
darurat untukmemberikandukungan militer kepadapenguasa baru telah menjadimetodepenyelesaiansuksesidiikuti
olehtigapenguasaberikutnya.Praktik mengadopsi seorang yang sukses ini memberiRomaserangkaiankaisaryang baikdi bawah
siapakekaisaranmencapai perkembangantertinggi. Provinsi-provinsiyangmakmurdan
umumnya diatur dengan baik, kerajaansendirimenikmatiketentraman internal.
Trajan(tahun 98-117 Masehi) datang dari Spanyol, dandengannya
provinsimenjadimitra penuh dalamaturankekaisaran. Dia
memberikekaisaranbatasteritorialterbesarmelaluikampanye sukses, yang mendorongbatas-batasdi
utara dantimur keDanube danEfrat.
Hadrian (tahun
117-138 Masehi) memperkenalkan sebuah politik stabilisasi di perbatasan dan dalam
negeri. Ia merupakan pecinta berbagai hal tentang Yunani. Ia menghabiskan
banyak waktu untuk jalan-jalan di provinsi-provinsi bagian timur, dan beberapa
bahan tetap bersaksi akan kekagumannya di Yunani timur. Pada pemerin-tahan Hadrian
terjadi pemberontakan Yahudi yang terbesar kedua di Palestina.
Antoninus Pius (tahun
138-161 Masehi) menyukai pemerintahan yang damai dan tidak banyak
yang terjadi. Kekaisaran
itumakmur. Kaisarberkumpul
di sekitar orang-orang sastrawandan
filsuf-nya. Karakternya, digambarkan dengn julukanPius, lantaran kepribadiannya yang ramah, membuat senat memberi julukan itu.
Marcus Aurelius(tahun
161-180 Masehi) harus
menghadapimasalah-masalahyangmembawabencanabagidunia Romawidi abad berikutnya. Pasukan yang kembali
dariMesopotamiamembawa wabah, yang memilikikonsekuensi padaperkembangan politikdan ekonomikerajaan. Inimasih
terjadiketikaJerman danSarmatiansmenginvasikekaisaran.Banyak waktunyayang
digunakan denganperang di perbatasan utara,berjuangdengan pasukan cadangan yang
memadai.
Pada abad ke 2 M ini,
masyarakat Yahudi dan Kristen merasakan masa kedamaian dan keadilan. Namun, gangguanYahudi
diMesir, Kirene, danSiprusdi tahun 115 Masehi,selama
pemerintahanTrajan,menghancurkan banyakpropertidan mengambilbanyak korban
jiwadan harusmenekansecara kejam. RencanaHadrianuntuk
membangun kembaliYerusalemsebagai koloniRomawi, AeliaCapitolina, dengankuilJupiterdan dirinya
sendiri di situskuil Yahudimungkinberkontribusi padapemberontakanBarKokhbadi
tahun 132 Masehi, tidakmeletakkansampai tahun 135 Masehi. Adanya penghambatan penyebaran orang Kristendi bawahkaisarabad kedua, dengan lebih banyak yang martirdi bawahpemerintahan MarcusAurelius,daripada di bawahpemerintahan kaisarmanapunsebelum
penganiayaanDeciandariabad ketiga.
F.
Kekaisaran Sesudahnya
Pada abad ke 2 M, banyak
terjadi permasalahan di dalam kekaisaran mulai dari serangan dari musuh,
penurunan ekonomi, konflik-konflik agama, dan banjir besar pada abad ke 3 M.
Bahkan serangan dari Parsia merupakan sebuah permasalahan yang cukup besar bagi
kekaisaran Romanum saat itu. Permasalahan ekonomi semakin menjadi bahkan abad
ke 3 M merupakan sebuah masa yang sulit bagi kekaisaran Romawi sendiri. Namun,
ada sebuah usaha perbaikan dan pemulihan dibawah pemerintahan Desius dan
Ilirian dalam hal militer dan Diokletian serta Konstantine dalam hal
konstitusional.
V. ADMINISTRASI KEKAISARAN
Kekaisaran Roma merupakan sebuah kekaisaran yang cukup kuat
dalam hal pemerintahan dan kekuatan. Kekuatan tersebut salah satunya di
dapatkan dari banyaknya koleksi kota-kota. Kota menjadi bagian penting dalam
roda pemerintahan karena di dalam kota segala suatunya terjadi. Peradaban kota-kota
Romawi sendiri bercorak urban. Kota-kota Romawi dapat diklasifikasikan
berdasarkan nilainya. Kota yang paling tinggi nilainya disebut coloniae civinum romanorumseperti
Filipi, Korintus, Antiokia Pisidia, Ikonium, Listra, dan Troas. Kota-kota ini
memiliki hak-hak khusus termasuk pembebasan pajak. Berikutnya adalah municipa atau oppida civium romanorum. Di dalam kota ini hak pilih dapat dicapai
dengan memegang sebuah pemerintahan di pemerintahan kota. Kota-kota lainnya
yang kurang memiliki nilai, yaitu Efesus, Smirna, Tarsus, dan Antiokia Siria.
Urusan dalam pemerintahan dalam kota mereka diatur oleh hukum mereka sendiri
dan tidak terikat dengan segala aturan dari Roma, meskipun demikian mereka
tetap dalam batas kekuasaan Romawi. Kota Roma sendiri merupakan pusat dari roda
pemerintahan. Kaisar berada di kota Roma. Tidak hanya
kota-kota Romawi saja, Yunani juga memiliki kota-kota penting yang juga
menunjukkan kejayaan mereka pada masa lalu seperti Athena, Akropolis, dan
Alexandria yang ada di timur. Kekaisaran Romawi sendiri tidak bisa lepas dari
provinsi-provinsi yang merupakan wilayah kekuasaaannya. Dalam sebuah provinsi
dipimpin oleh seorang prokonsul yang dipilih oleh magister di Roma. Roma sangat
pintar dalam mengatur posisi politiknya dengan membangun sebuah relasi dengan
kerajaan-kerajaan kecil di wilayah kekuasaannya. Yudea sendiri merupakan sebuah
provinsi tetapi juga sekaligus sebagai “client kingdom” dengan Herodes sebagai
raja. Provinsi Yudea memiliki nilainya sendiri di mata kekaisaran Romawi. Corak
religious dan banyaknya orang Yahudi di provinsi Yudea ini membawa keuntungan
tersendiri bagi Romawi. Romawi merasa bahwa jika bangsa Yahudi memberontak,
maka pemberontakan tersebut akan mengancam stabilisasi pemerintahan Romawi. Oleh
karena itu, agar meminimalisir hal tersebut, Roma memberikan hak-hak khusus
kepada pronvinsi Yudea yang dinilai unik dan memiliki kekhususan terlebih dalam
hal religiusitas.
VI. HUBUNGAN KONDISI POLITIK
DENGAN PERJANJIAN BARU
Perjanjian Baru mengandung banyak sekali ideologi politik
Roma. Dalam beberapa hal disebutkan secara tersirat maupun tersurat. Kisah
tentang Yesus sendiri sudah diwarnai oleh unsur politik Romawi pada masa itu
mulai dari awal kisah kelahiran-Nya hingga kematian-Nya di kayu salib. Matius
2:1-12 memiliki muatan religio-politik. Istilah “raja” dalam bahasa Yunani,
disandangkan kepada Yesus dan istilah ini juga dipakai untuk Herodes bahkan
kaisar itu sendiri. Disini terlihat juga bahwa secara politik, Yesus memang
dari awal sudah masuk di dalamnya. Tidak heran jika Herodes menganggap Yesus
sebagai sebuah ancaman posisinya. Banyak istilah-istilah politik yang dikaitkan
dengan kehadiran Yesus dalam konteks-Nya saat itu. Tidak hanya pada masa Yesus
saja, tetapi sampai pada masa perkembangan Kekristenan mula-mula oleh Para
Rasul pun diwarnai oleh perpolitikan Romawi. Kebijakan-kebijakan pada saat itu
mempengaruhi perkembangan Kekristenan ke seluruh dunia. Istilah ekklesia(gereja) merupakan istilah
dalam perpolitikan Yunani yang merujuk pada sebuah sidang rakyat.
VII. TANGGAPAN KELOMPOK
Politik sendiri tidak
bisa dilepaskan dari kepentingan dan kekuasaan. Pada masa Perjanjian Baru, di
mana Roma sangat berkuasa, politik tidak bisa semata-mata dilepaskan dari
kehidupan jemaat mula-mula saat itu karena kehidupan bersama diatur melalui
kebijakan-kebijakan politik. Kalau boleh menyerempet
bagian kebudayaan dan kehidupan sosial, jemaat kekristenan mula-mula memang
hidup pada tahun masehi, tetapi budaya dan tradisi yang menjadi tantangan
jemaat mula-mula kekristenan saat itu merupakan kelanjutan dari pertempuran,
perluasan wilayah, percampuran budaya, dan perkembangan pendidikan sebelum
tahun masehi. Jemaat kekristenan mula-mula merupakan kumpulan orang percaya,
baik mereka yang orang asli Yahudi dan diaspora maupun orang Yunani diaspora.
Maka tentu saja ada tantangan-tantangan yang membuahkan pergumulan batin
tentang adanya ‘tabrakan’ budaya, misalnya saja konsep tentang perbudakan, yang
dijelaskan sedikit oleh kelompok di atas.
Sejarah konteks politik
di sekitar Laut Mediterania memang didominasi oleh Yunani, Roma, Siria, dan
Mesir. Peperangan di antara mereka menghasilkan Roma sebagai pemenang dan
penguasa wilayah pesisir laut Mediterania, bahkan pada tahun 117 Masehi,
wilayah kekuasaan Roma hampir persis menyamai wilayah kekuasaan Aleksander
Agung di masa kejayaannya. Memang di sisi lain, pertempuran dan perluasan
wilayah politik menggambarkan sisi manusia yang tamak atau tidak pernah puas
akan kekuasaan. Pertempuran juga menyisakan janda-janda, anak-anak yatim, dan
kematian para ayah dan pemuda. Sedangkan bagi kerajaan, peperangan membuat ekonomi
negara menjadi tidak seimbang. Ini memang sebuah pembayaran yang sangat mahal
karena adanya pertempuran.
Di sisi lain,
penaklukan wilayah secara politik juga bernilai positif karena membuka gerbang
yang luas untuk perkembangan dan penyebaran tradisi dari satu bangsa ke bangsa
lain, sehingga ada percampuran budaya, gaya berpikir, sistem pemerintahan,
pendidikan dan pengetahuan, bahkan juga strategi berperang. Kota-kota Yunani
yang didirikan oleh Seleukid dan juga kota besar Aleksandria mempunyai peranan
penting dalam kancah politik. Kota-kota tersebut adalah kota-kota strategis
yang mengundang peperangan dan hasrat untuk menguasai. Kota-kota strategis itu
seolah memberikan janji ekonomis dan kekuasaan kepada penakluknya. Melalui
kota-kota Yunani dan Aleksandria inilah bagaimana pesisir Laut Mediterania,
khususnya pesisir timur, begitu kental dengan alam pikir Yunani. Setelah masa
Aleksander, Kekaisaran Roma juga berperan penting dalam membuka akses ke Asia
Kecil dan Mesopotamia. Kekaisaran Roma memberikan peranan besar dalam membuka
jalan kepada kekristenan menjadi dikenal luas oleh dunia melalui ekspansi
politis yang dilakukan. Dunia Mediterania mengenali kekristenan melalui pertemuan dan dialog serta tulisan dan
cerita-cerita yang berkembang; melalui gulungan-gulungan yang bahasa Yunani dan
Latin.
Hal yang cukup menarik
dari data sejarah perkembangan politik di atas adalah Roma seolah menjadi supir
yang sedang mengendarai mobil. Dalam hal ini mobil adalah pertempuran dan
perebutan wilayah. Di dalam mobil itu terdapat penumpang-penumpang, yaitu
budaya-budaya Roma, Yahudi, dan Yunani. Lebih lanjut, bahwa walaupun secara
politik wilayah Yunani sudah masuk dalam kekaisaran Roma, tetapi semangat
budaya Yunani tetap eksis dalam kehidupan sosial dan budaya. Bila ditarik dalam
dimensi identitas, mungkin muncul pertanyaan-pertanyaan lebih kritis tentang
Paulus, contohnya, yang merupakan orang Yahudi tetapi paham benar budaya Yunani
dan Roma.
No comments:
Post a Comment