Saturday, 5 October 2013

Latar Belakang Sejarah Politik Dalam PB


Sejarah politik ketiga peradaban besar di dunia, yaitu Persia, Yunani, dan Romawi memiliki sejarah yang cukup panjang dan cukup berpengaruh bagi perkembangan peradaban manusia. Ketiga peradaban besar ini bahkan sedikit banyak mempengaruhi peradaban manusia saat ini. Salah satunya adalah perkembangan dua agama monoteis terbesar, yaitu Yahudi dan Kekristenan. Yahudi dan Kekristenan sendiri tumbuh dan berkembang pada masa kekuasaan ketiga peradaban ini. Khusus untuk Kekristenan mula-mula, sangat dekat dengan kekaisaran Romawi dengan corak Helenisnya. Untuk kerajaan Persia dan Yunani memang tidak dekat pengaruhnya tetapi secara tidak langsung juga memberikan dampak yang cukup besar karena Romawi menyerap kebudayaan dan corak-corak dari dua kerajaan ini. Kerajaan Persia dan Yunani mungkin lebih mempengaruhi dalam perkembangan bangsa Israel sendiri yang nantinya akan berkembang menjadi bangsa Yahudi yang tidak lain dan tidak bukan adalah “wadah” Kekristenan tumbuh dan berkembang. 
I. ASIA KECIL SEBELUM ALEXANDER
A.    Persia
Benang merah antara jaman Perjanjian Lama dengan masa Helenis pada Perjanjian Baru adalah eksistensi Kerajaan Persia. Raja-raja Persia cukup memberikan pengaruh terhadap kehidupan kekristenan mula-mula antara lain: Koresy yang membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Babel setelah mengalahkan kerajaan Babel dan membangun kembali Bait Allah, Kambises memperluas kerajaan sampai ke Mesir, Darius pada masa pemerintahannya merupakan masa kejayaan Persia, Xerxes adalah raja yang diduga disebut dalam Ester dengan nama Ahasweros; dia juga menginvansi Yunani yang akhirnya dilawan oleh Leonidas dari Sparta, Artaxerxes adalah raja yang diduga ada dalam kitab Nehemia. Raja-raja tersebut beberapa ada dalam narasi kitab para nabi. Hal tersebut membuktikkan bahwa eksistensi kerajaan Persia dalam perkembangan kekristenan cukup memberikan andil besar.
B.     Yunani
Yunani sendiri cukup memberikan pengaruh pada kekristenan mula-mula mulai dari politik sampai pada bidang-bidang dalam kehidupan sehari-hari.Menyerahnya Persia menimbulkan dampak yang berkelanjutan.Kemenangan Yunani atas Persia merupakan sebuah bentuk simbolisasi kememangan bangsa yang beradab melawan barbarisme. Dengan mulai berkuasanya Yunani, maka pada abad ke 5 SM Yunani menjadi sebuah figur politik. Yunani sendiri memiliki banyak pemikir-pemikir genius yang pada suatu saat nanti akan memunculkan masa perkembangan pendidikan yang pesat yang diasosiasikan dengan para kaum Sofis. Warisan-warisan dari Yunani sendiri bersifat sekuler termasuk agama sekulerisme. Tidak ada batasan antara yang profan dan yang ilahi. Struktur organisasi Yunani sendiri terkenal dengan polis. Polis merupakan sebuah kota yang independen yang di dalamnya peran individu sangat dihargai. Ada dua poros pandangan bagi corak kepemimpinan di Yunani, yaitu demokrasi di Athena dan oligarki di Sparta. Pada abad ke 4 SM, muncul lah Alexander Agung yang membawa banyak perubahan (positif) bagi Yunani dan sekitarnya. Salah satu yang menonjol adalah pengaruh dalam hal intelektual. Meskipun pada akhirnya nanti Yunani runtuh dan digeser oleh Romawi, yang paling bisa bertahan adalah kebudayaan Yunani itu sendiri. Kebudayaan Yunani terus bertahan dengan corak Helenisme yang kuat. Kebudayaan ini terus bertahan dan bahkan berkembang seiring dengan ekspansi Romawi. Kebudayaan inilah yang nantinya mewarnai perkembangan Kekristenan. Tidak heran jika bahasa Yunani Kuno (koine) masih digunakan sampai pada masa rasul Paulus dalam menyebarkan Kekristenan dan pada masa-masa setelahnya.
II. ALEKSANDER AGUNG
Kerajaan Makedonia merupakan kerajaan yang berada di wilayah Balkan. Kerajaan Makedonia ini memiliki raja yang bernama bernama Philip dari Makedonia. Di bawah pemerintahan Philip dari Makedonia, orang-orang Makedonia hidup dalam hura-hura, perkelahian, minum-minuman keras, dan penderitaan. Kemudian kerajaan dipimpin oleh Philip II (359-336 SM), di mana tahta itu didapatkan karena beliau berhasil memenangkan pertempuran Kharronea pada tahun 338 SM. Kemudian kondisi sosial yang buruk pada masa Philip dari Makedonia itu berbalik ketika pemerintahan Philip II, karena beliau berupaya memperkenalkan kebudayaan Yunani kepada masyarakat melalui pendidikan. Pada masa pemerintahannya, Philip II menjadi pemimpin liga dalam pertempuran kekaisaran Persia. Pada akhirnya, Philip II meninggal dalam perang pada tahun 336 SM.

Setelah kematian Philip II, Aleksander (356-323 SM) mewarisi tahta ayahnya. Aleksander secara khusus dididik oleh Aristoteles, yang dihadirkan khusus oleh ayahnya, Philip II. Aleksander juga mewarisi rencana Philip II, yaitu menyerang Persia. Upaya Aleksander untuk menyerang Persia, yaitu melalui Thebes (Mesir) dan beberapa kota Yunani di Asia Minor. Selanjutanya Aleksander mendapatkan gelar “Raja Agung” (“Great King”) ketika beliau berhasil mengalahkan Darius II dari Persia. Dalam perjalanan penaklukkan ke Persia, Aleksander berupaya untuk berekonsiliasi dengan orang asli dan mendirikan kota-kota Yunani. Rekonsiliasi dan adanya kota-kota Yunani inilah yang menjadi pusat difusi kebudayaan Yunani berkembang secara bebas. Aleksander juga membangun kuil-kuil dewa-dewi Yunani yang berdampingan dengan dewa-dewi asli dari suatu kota atau wilayah. “Sebuah hasrat membuatnya (Aleksander) tertangkap”, cerita-cerita kuno menceritakan Aleksander demikian. Aleksander memiliki keterampilan yang diakui dalam tindakan, motivasi personalnya, dan kemampuan berstrateginya.

Ada sepuluh dampak yang ditimbulkan melalui kepemimpinan Aleksander, antara lain:
1) Melalui adanya ekspansi Yunani ke luar negri maka jumlah orang Yunani di luar negri pun cukup meningkat, oleh karena itu 2) kebudayaan Yunani semakin berkembang dan meluas ke negeri-negeri lain dengan cepat oleh karena ekspansi militer Aleksander. 3) Dalam segi ekonomi sangat banyak kemajuan bahkan Aleksander membuat mata uang sendiri yang terbuat dari perak berbentuk koin. 4) Bahasa Yunani menyebar lebih jauh, orang-orang mulai berbicara dengan bahasa Yunani. 5) Alam pikir dari Yunani diterima oleh orang-orang non Yunani juga. 6) Dalam segi pendidikan menjadi lebih baik. Literasi dan pendidikan menyebar dengan luas. 7) Adanya penyebaran dewa-dewi Yunani dan tradisi kultis. Dewa-dewi Yunani diidentifikasikan dengan dewa-dewi asli suatu bangsa tertentu. 8) Munculnya filsafat dalam memahami cara hidup, hal ini dipengaruhi oleh kaum Sofis daan Sokrates. 9) Adanya pembangunan sosial yang berbasis pada polis. 10) Semakin meningkatnya individualisme. Individualisme dilihat sebagai sebuah oposisi  terhadap universalisme.

III. KERAJAAN HELENIS
A.    Diadoke
Aleksander membagi wilayah-wilayahnya kepada saudara dan anak-anaknya dari istrinya Roksan. Setelah tahun 305 SM, Masa Helenis dimulai dalam serangkaian aliansi yang rumit dan pertempuran. Anak Aleksander, Cassander memerintah wilayah Makedonia. Lysimachus memerintah Thrace; Ptolemaik I memerintah wilayah Mesir; dan Antigonus I beroperasi di wilayah Asia. Kemudian ada pertempuran Ipsus di tahun 301 SM yang sengaja diprakarsai oleh Antigonus I demi mendapatkan wilayah yang semakin luas. Pada tahun 280 SM, yang tersisa hanya tiga dinasti saja, yaitu Ptolemaik di Mesir; Seleukid yang memerintah dari wilayah Persia, Siria sampai Asia kecil; dan Antigonid yang memerintah Makedonia. Sebuah dinasti keempat juga berdiri, tetapi tidak tidak secara langsung terhubung dengan Aleksander, yaitu Attalids dari Pergamum. Attalids dari Pergamum ini berkembang di tengah-tengah perkembangan Seleukid. Dalam kerajaan Helenis, posisi raja menjadi posisi yang sangat penting, sebab raja berperan penting perkembangan tradisi pemerintahan. Dalam hal ini, kelompok dapat menduga bahwa jika raja memiliki peranan penting dalam tradisi pemerintahan, maka dapat diduga bahwa ketika raja berganti, maka tradisi pemerintahan pun juga dapat berganti, mengikuti tradisi dan kebijakan raja yang baru. Jika dugaan di atas benar, maka keadaan politik kerajaan itu tidak terlalu stabil karena dimungkinan adanya perubahan dan kebijakan yang baru dalam roda pemerintahan. Pada akhirnya, kerajaan Helenis ditaklukkan oleh Roma, melalui perang Punik kedua.

B.     Ptolemaik-Mesir
Setiap raja-raja Mesir dalam masa Helenis dinamakan sesuai dengan pendirinya. Di Mesir, Ptolemaik merupakam gelar yang disandang oleh para raja. Gelar Ptolemaik dilangsungkan hingga Ptolemaik XV. Selanjutnya pada ratu kerajaan bergelar Kleopatra. Mengenai kerajaan Ptolomaik-Mesir ini, kelompok hanya menjelaskan secara garis besar, poin penting apa saja yang dapat menjadi informasi berharga.

Pertama, Ptolemaik I Soter (367-283 SM). Beliau membangun dasar politik yang kuat dalam hal peraturan, militer, dan administrasi kerajaan. Beliau juga mulai mengembangkan budaya dengan membuat perpustakaan di Aleksandria. Kedua, Ptolemaik II Philadelphus (308-246 SM). Sebelum Ptolemaik I meninggal, rupanya beliau telah memberikan tahtanya kepada Ptolemaik II. Hal ini dapat terlihat dari tahun Ptolemaik II mendapatkan tahta kerajaan. Namun menurut Ferguson Ptolemaik II ternyata baru secara sukses dan efektif memerintah Mesir pada tahun 285 SM. Beliau berhasil mengokohkan sisi ekonomi dan budaya yang dimulai oleh Ptolemaik I. Ptolemaik II berupaya menyelesaikan desain kota Aleksadria, perpustakaannya, dan bangunan museum. Pada tahun 200 SM Aleksandria menjadi kota terbesar di kawasan Mediterania.
Pada perkembangan selanjutnya para Ptolomaik  membuat Aleksandria menjadi semakin hebar dalam perkembangan intelektualitas, dan Aleksandria pun memberikan pengaruh sejarah religius yang berkembang di kawasan Mediterania. Para Ptolomaik tidak hanya mendirikan kota Aleksandria saja, tetapi juga kota lain, seperti Naukratis dan Ptolemais.Kelompok berpendapat bahwa letak Aleksandria yang strategis, yaitu kota pelabuhan, maka dapat diduga bahwa kota Aleksandria ini menjadi salah satu kota yang penuh sesak karena (pasti) menjadi kota perdagangan dari Yunani ke Asia, dan sebaliknya. Oleh karena kota ini merupakan (salah satu) pusat pendidikan dan perdagangan, maka banyak orang baik dari Asia maupun dari Yunani atau pun dari negeri lain yang datang ke Aleksandria sehingga kota ini juga menjadi kota penting tempat penyebaran budaya Yunani lebih luas lagi.

Kejatuhan kerajaan Mesir ke bangsa lain itu ketika Ptolomaik berkuasa atas Palestina, Siprus, beberapa pulau Aegean, dan sebgaian kecil di Asia kecil. Oleh karena luasnya kerajaan ini, maka pasukan militer yang ada tidak ditempatkan secara merata dan hanya berpusat bukan di kota-kota penting. Ketika pertempuran terjadi, kota-kota pun jatuh ke tangan penjajah yang baru. Pada tahun 168 SM, ada intervensi dari Roma, dan pada akhirnya Roma menguasai kerajaan Mesir dan menjadikan Mesir sebagai sebuah provinsi.

C.     Seleukid-Siria
Seleukid I Nikator (358-280 SM) merupakan anak dari Antiokus, orang Makedonia. Oleh karena itu gelar kerajaan Seleukid adalah Seleukid dan Antiokus. Kerajaan Seleukid ini mendapatkan wilayah Babelonia, setelah Aleksander Agus meninggal. Pada proses sejarah selanjutnya, kerajaan ini sering diwarnai dengan pertempuran di kawasan Mesopotamia. Walaupun bersaudara dengan kerajaan Ptolemaik-Mesir, tetapi mereka tetap saling bertempur demi mendapatkan wilayah yang lebih luas lagi. Pada suatu waktu, Seleukid hampir mendapatkan kerajaan Mesir, tetapi gagal karena adanya intervensi dari Roma.

Wilayah Seleukid melibatkan kuil-kuil kuno yang ada di Siria dan Asia. Kawasan Mesopotamia memang merupakan kawasan yang berpusat pada kuil. Oleh karena itu pendeta-pendeta kuil mempunyai dominasi yang kuat dalam kancah politik dan ekonomi, termasuk kecurangan-kecurangan yang mereka lakukan. Hal yang mengejutkan orang-orang Seleukid yang merupakan keturunan orang Yunani adalah adanya penuh sesak di kuil budak dan prostitusi kudus yang dilayankan demi pemujaan terhadap dewa-dewi. Artemis dari Efesus, misalnya, adalah dewa kesuburan menurut tradisi Yunani, kemudian diadopsi oleh masyarakat secara luas. Padahal seharusnya kuil Artemis ini hanya ada di kota-kota Yunani saja. Kemudian di kawasan Yudea ada tradisi kuil-negeri. Kuil negeri ini, seperti halnya mesjid agung di sebuah kota di Indonesia. Kuil negeri ini besar dan luas dan menjadi pusat peribadatan masyarakat. Seleukid beruapaya untuk memperkenalkan tradisi Helenis kepada wilayah-wilayah Seleukid melalui kota-kota Yunani. Zeus dan Apollo merupakan dewa-dewa yang diidentifikasikan dengan dewa-dewa asli suatu tempat. Seleukid membuat banyak kota-kota baru dan membangun kota-kota lama, karena menurut teori Yunani polis memiliki peranan penting dalam roda pemerintahan. Kota yang dikenal cukup dekat oleh tradisi kekristenan adalah kota Antiokia dan Orontes. Kedua kota tersebut bukanlah kota pusat pendidikan, tetapi merupakan kota perdagangan terbesar. Reputasi kota-kota itu dikenal dengan kota yang menyenangkan. Seleukid memang mengauasai daerah Asia kecil tetapi kota Galatia belum tersentuh oleh helenisme. Kota Galatia tersentuh helenisme ketika masa Roma.
IV. ROMA
A.    Orang-orang Roma yang Genius
Di awal pemerintahan Roma ini, Roma merupakan republik Roma, belum menjadi sebuah kekaisaran. Polybius, seorang sejarahwan Yunani pada abad ke-2 SM, membuat sebuah buku yang mendata sumber kekuatan Roma. Prestasi Roma berasal dari adanya konsul, senat, serta demokrasi dan pengikat semuanya itu adalah tunduk akan dewa-dewa yang terekspresikan dalam ritus tradisional. Dari sini, terlihat bahwa Roma itu beraliran pemerintahan teokrasi dengan pietisme. Namun sebenarnya tidak demikian. Roma menjadi kuat karena yurisdiksinya. Adanya Ius dan Fas dikombinasikan dalam pemerintahan, inilah kekuatan Roma saat itu. Ius adalah peraturan sosial. Fas adalah peraturan religius. Roma mengukur segala sesuatunya melalui peraturan yang dibuat. Berbeda dengan Yunani, orang Yunani melihat segala sesuatunya melalui manusia. Di timur, orang-orang timur mengukur segala sesuatunya dari Tuhan.

Roma memiliki kemampuan menyerap apa saja yang ada di sekitarnya dengan bebas. Roma dapat menyerap tradisi kultik bangsa lain. Ini terlihat dari kualitas para politikus Roma yang menyamai kualitas  politikus Yunani. Roma merupakan sebuah bangsa yang senang “meniru” atau “meminjam” budaya  dan ritus religius bangsa lain. Namun dalam perkembangannya, Roma mengklaim bahwa budaya dan ritus itu adalah budaya dan ritus Roma. Oleh karena Roma mudah menyerap segala sesuatu yang masuk di dalam kekuasaannya, citra yang berkembang terhadap Roma, bahwa Roma dikenal sebagai republik yang elastis.
Roma sebenarnya bertumpu pada city-state, maksudnya kota-kota di Roma itu tidak memiliki batasan tertentu; seorang budak dapat menjadi warga masyarakat. Berbeda dengan di Yunani, di Yunani statusnya terbatas; budak tidak dapat menjadi warga masyarakat. Hal ini menjadi menarik ketika kelompok mengaitkan tema aturan perbudakan ini dalam sebuah kitab dalam PB. Contohnya dalam kitab Filemon, Paulus meminta Filemon untuk menerima kembali Onesimus, tidak sebagai budak tetapi sebagai saudara seiman (Fil 1:16). Dalam surat (kitab) Filemon ini, Paulus telaj terpengaruh alam pikir Roma, Yunani, dan sekaligus Yahudi. Namun Paulus mengerti benar batasan dan di mana Paulus berpikir sesuai dengan tempatnya. Paulus meminta adanya pengangkatan status Onesimus, yang dahulu budak, menjadi warga masyarakat biasa. Dalam hal ini Paulus mengaplikasikan tradisi Roma. Di sisi lain, Paulus tetap sopan dengan meminta persetujuan Filemon tentang permintaan Paulus. (Fil 1: 10) karena dalam tradisi Yahudi, seorang majikan berkuasa penuh terhadap budaknya. Dalam hal ini majikan adalah Filemon, budak adalah Onesimus. Sedangkan Paulus dewasa dalam tradisi Yunani yang sudah berkembang luas saat itu. Jadi seorang Paulus secara garis besar mengerti benar budaya-budaya yang berkembang saat itu, minimal Yunani, Roma, dan Yahudi, di tengah jemaat-jemaat (diaspora) yang pernah beliau layani.

Dalam menjalankan roda pemerintahan, pemimpin-pemimpin Roma memiiki idealisme yang terus berkelanjutan. Para penguasa-penguasanya Roma berorientasi pada pertumbuhan  dan perluasan wilayah Roma. Hal ini mengakibatkan Roma terus berperang dengan bangsa-bangsa lain di timur dan barat Roma. Perang memang membawa sisi positif yaitu perluasan wilayah jajahan, tetapi juga membawa masalah negatif baru bagi Roma. Ada pemberontakan-pemberontakan dari provinsi-provinsi Republik Roma. Oleh karena adanya pemberontakan dari provinsi-provinsi, maka Roma membuat sebuah sidang yang memutuskan tentang tanggung jawab para gubernur provinsi. Adanya tanggung jawab yang harus dilakukan oleh gubernur provinsi itu diharapkan para gubernur secara lokal dapat mengatasi masalah pemberontakan tersebut.

B.     Roma dan Dunia Barat
Roma mencoba untuk menaklukkan bagian baratnya, yaitu Kartago, melalui perang Punik. Perang Punik berlangsung tiga kali dan membuat Roma memperbesar wilayahnya. Perang Punik Pertama (262-241 SM), Roma menaklukkan Sardinia, Korsika, dan Sisilia. Perang Punic Kedua (218-201 SM), Hanibal melancarkan invasi ke Italy dari Spanyol dengan menyebrang pegunungan Alps. Invasinya membawa penderitaan yang besar dan kekuatiran. Roma pada akhirnya menemukan jendral yang hebat, yaitu Scipio Africanus, orang yang akhirnya mengalahkan Hanibal di Afrika. Roma mendapatkan Italy utara, selatan Galia, dan Spanyol. Pada perang Punik Kedua ini Roma juga menyerang dan menaklukkan kerajaan Helenis di bagian barat Roma dan sebagian di pantai utara Afrika. Perang Punic Ketiga (149-146 SM), perang ini mengalahkan Kartago sepenuhnya dan semua bagian barat Mediteran berada di bawah pemerintahan Roma. Melalui perang dan penaklukan bangsa lain, Roma menanamkan pengaruhnya seperti bahasa Latin ditanamkan di Spanyol, Galia, Inggris, Rhineland, dan utara Afrika.

C.     Roma dan Dunia Timur
Etruria merupakan sebuah bangsa yang letaknya berada di tengah-tengah Italia dan wilayah kekuasaannya bertetangga dengan Roma, memiliki relasi dengan Asia Kecil. Hal itu dilihat sebagai peluang emas Roma untuk menaklukkan dengan mudah pesisir Mediterania Timur, yaitu Timur Dekat, daerah Yudea dan sebagian Asia Kecil. Kemudian setelah melalui serangkaian serangan, Etruria di bawah kekuasaan republik Roma.

Kemudian perang di selatan Italy berlangsung sekitar 280-275 SM oleh Pyrrhus, raja Epirus di Yunani. Perang ini melibatkan Roma. Pada akhirnya Tarentum (kota pelabuhan di selatan Italia) ditaklukkan oleh Roma. Kota Tarentum ini merupakan kota penting bagi kerajaan Epirus-Yunani, kareka kota ini terletak di wilayah pesisir tenggara Italia. Ketika kota ini jatuh, maka ada efek domino yang ditimbulkan ke arah timur, khususnya bagi kerajaan Epirus-Yunani, yaitu harus adanya budak yang dikirimkan ke Roma. Adanya budak yang dikirim ke Roma ini membuat Roma semakin mengenali budaya dan tradisi Yunani, bahkan alam pikir Yunani.

Setelah jatuhnya Tarentum, maka berkobarlah perang Makedonia. Perang Makedonia terjadi empat kali. Perang ini adalah upaya untuk menaklukkan wilayah Makedonia (Yunani) seutuhnya. Pada akhirnya Makedonia takluk dan menjadi salah satu provinsi Roma (148 SM). Ketika perang Makedonia berlangsung, Roma meminta raja Seleukid (Siria), Antiokus III, untuk melepaskan negeri Mesir dari wilayah Seleukid. Setelah Makedonia jatuh ke Roma, Siria dipaksa melalui perang untuk meninggalkan Mesir. Kemudian Mesir menjadi wilayah jajahan republik Roma, tetapi seluruh Mesir belum sepenuhnya dalam kekuasaan Roma. Pada 146 SM, aliansi Yunani dihancurkan sampai ke kota-kota kecilnya, termasuk Korintus. Attalus III menyerahkan kerajaan Pergamum kepada Roma pada tahun 133 SM dan di tahun 129 SM Roma memerintah provinsi Asia. Kemudian Siria dijadikan provinsi pada tahun 63SM, dan Mesir pada tahun 31 SM.

Rome adalah berarti kekuatan dlm bhs Yunani. Kekuatan Roma dihormati di Timur. Roma mengambil peninggalan politis dan budaya dari Aleksander di barat sungai Efrat. Roma berhasil menyatukan dunia. Roma membawa keamanan dan jalan-jalan ke timur dekat. Roma tidak membawa budaya baru, Yunani dan Latin menjadi bahasa yang masih umum di sana. Budaya Yunani masih kental walupun di bawah pemerintahan Roma. Menurut kelompok, Republik Roma memiliki strategi perang patut diperhatikan. Untuk mencapai wilayah pesisir Timur laut Mediterania, Rep. Roma berekspansi ke Yunani, lalu ke Asia kecil bagian utara (kerajaan Pergamum, sekarang masuk dalam wilayah Turki dan Siria). Rep. Roma muncul dengan kekuatan besar untuk menaklukan pesisir-pesisir Laut Mediterania, berupaya untuk mempersatukan wilayah yang besar dalam kekuasaan Roma. Dari data di atas, menurut kelompok, Aleksander-Makedonia mempunyai peranan besar dalam  munculnya kekuatan besar seperti Roma. Sudah tentu cerita tentang Yunani yang hebat, yang melakukan ekspansi ke timur, di bawah pimpinan Aleksander sudah tersebar dengan luas, termasuk ke Roma.  Eksistensi Rep. Roma hampir menyamai eksistensi kerajaan Makedonia karena hampir memiliki keluasan wilayah yang hampir sama dengan kerajaan Makedonia. Hal ini terjadi karena ada kemungkinan bahwa cerita Aleksander Agung begitu inspiratif bagi orang-orang Roma, khususnya para elit politik dan pemimpin pemerintahan, selanjutnya mereka hendak

D.    Republik Awal: Perang Sipil
Adalah Tiberius dan Caius Gracchus, dua orang bersaudara yang mengajukan adanya reformasi peraturan tanah. Reformasi ini juga diajukan untuk wilayah yang lebih luas dan menyangkut reformasi sosial dan politik. Namun hal ini rupanya menimbulkan kekacauan di Republik Roma. Kedua bersaudara ini pun meninggal karena tuntutan reformasi yang mereka ajukan. Selanjutnya, reformasi itu membuat adanya perselisihan dan berakhir dengan perang di Roma.

Ketika abad ke-2, ada invasi dari bangsa Teuton dari utara. Kemudian ada pertempuran juga di Numidia-Afrika utara. Pemberontakan dan perang itu menjadikan 
Marius menjadi pemimpin perang. Intervensi tentara Marius dalam pemberontakan sipil di Roma pada 100 SM menunjukkan potensi solusi militer untuk masalah-masalah politik. Pada abad selanjutnya, masalah internal dan eksternal meningkat. Dibutuhkan banyak tentara untuk perang yang berkepanjangan, terutama di luar negeri. Perang dengan bangsa-bangsa lain membutuhkan biaya yang besar sehingga melemahkan kekuatan ekonomi Roma.

Pemberontakan sipil yang besar dimulai pada tahun 90 SM. L. Cornelius Sulla bertugas untuk memadamkan pemberontakan-pemberontakan. Bersama dengan pasukannya, Sulla berhasil memadamkan pemberontakan dan menjadikannya orang nomor satu di senat. Untuk mempersiapkan perlawanan terhadap pemberontakan (lagi), Sulla pensiun dari jabatannya. Marius pun juga ikut dalam perang sipil itu bersama dengan pasukannya, tetapi Marius kalah dan mati (86 SM).

Sementara itu Mitridates VI, raja kerajaan Pontus (terletak di utara wilayah Turki, sekarang), memperluas kekuasaannya di Asia. Ini merupakan ancaman bagi wilayah Roma, khususnya wilayah timur. Sulla berhasil memenangkan perang melawan Mitridates VI dan memaksanya untuk membayar upeti besar kepada Roma. Sulla kembali ke Italia dengan membawa kemenangan dan mengakhiri perang sipil. Sulla ditunjuk menjadi seorang pemimpin diktaktor Roma. Kemudian Sulla membuang dan  membunuh pasukan Marius. Darah pasukan Marius pun menuntut balas Sulla dengan bayaran dengan jumlah yang besar kepada pemeras yang mengetahui perbuatan Sulla. Untuk memenuhi tuntutan pemerasan itu, Sulla mengambil uang dari keuangan Roma. Sulla tidak mengelak ketika ada pemeriksaan keuangan di konstitusi Roma. Sulla kemudian mundur dari jabatannya.

Pada periode pemerintahan Pompey, seorang pemimpin dan negarawan berkualitas, yang menunjukkannya  melalui penumpasan serangan dari bajak laut Mediterania, sekaligus mengakhiri ancaman Mitridates VI. Perang ini membuat Seleukid masuk dalam kendali Roma. Pompey memiliki saingan, yaitu Crassus. Namun Pompey berhasil membuat Crassus menjadi aliansinya. Crassus memegang pemerintahan di Siria. Di tahun 59, muncul konsul pertama C. Julius Caesar. Di tahun-tahun ini mereka, yaitu Caesar, Pompey, dan Crassus disebut sebagai “tiga serangkali pertama”.
“Tiga serangkai pertama” itu memerintah republik Roma dengan wilayah kekuasaan masing-masing di tempat yang berbeda tetapi masih dalam satu republik Roma.

Kemudian Crassus mati di tahun 53 SM. Hal ini membuat ketidakseimbangan politik di dalam pemerintahan sendiri. Ketika kondisi politik sedang kacau, karena ketidakseimbangan aliansi politik, maka senat membuat manuver politik dengan cara menjadi oposisi Pompey. Perang kembali terjadi ketika Caesar berperang melawan Pompey dan pasukannya di tahun 49 SM dan Pompey kalah. Caesar pun menjadi pemimpin satu-satunya, seorang diktaktor. Caesar terus melawan wilayah-wilayah politik yang memberontak sampai tahun 45 SM. Adalah Cassius dan Brutus yang berniat untuk membunuh Caesar karena mereka membenci Caesar. Mereka berharap bahwa ketika Caesar mati, maka republik Roma yang lama dapat pulih, namun setelah Caesar mati, ternyata tidak terjadi.

“Tiga serangkai kedua”, yaitu Oktavianus, Cleopatra VII, dan Antonius. Para tiga serangkai menguasai Roma. Namun pada perjalanannya kemudian, Antonius dan Oktavianus dibuang ke dalam pertempuran Filipi tahun 42 SM, kedua pemimpin ini saling berperang. Oktavianus mengajak Cleopatra VII, penguasa Ptolemeus terakhir di Mesir, untuk ikut berperang melawan Antonius. Kekalahan yang besar terjadi di dua kubu, antara Antonius dan Cleopatra VII. Kekalahan besar ini membuat keduanya bunuh diri di Mesir (31 SM). Setelah kematian Cleopatra VII inilah membuat Mesir dapat dikuasai Roma sepenuhnya dan dijadikan provinsi di tahun yang sama 31 SM. Pemberontakan sipil Romawi akhirnya berakhir karena para pemimpin Rep. Roma, yang merupakan pemrakarsa adanya perang, meninggal satu per satu, menyisakan Oktavianus, begitu juga republik Roma pun berakhir di tangah Oktavianus. Roma pernah menjadi kekaisaran republik untuk beberapa waktu, kini menjadi kekaisaran. Kemudian Oktavianus mendirikan konstitusi yang baru, yaitu merombak kekaisaran republik Roma menjadi sepenuhnya kekaisaran. Oktavianus kemudian disebut Kaisar Agustus.

E.     Agustus (Oktavianus)
Agustus yang sebelumnya disebut Oktavian memahami adanya situasi baru yang dibutuhkan yaitu: tangan besi; tidak adanya kemutlakan yang jelas; mencoba membangun kembali moral dan mendukung pemerintahan; adanya kebutuhan untuk pelayanan dan stabilitas. Pada masa pemerintahannya ini, kisah Yesus dimulai. Yesus lahir pada masa pemerintahannya (Lukas 2:1-2).Res gestae (ketetapan) menyatakan bahwa posisi Oktovian melampaui setiap orang dalam auctoritas. Auctoritas adalah kombinasi kuasa atau kekuatan bawaan (lahir) dan wibawa yang menunjuk kepada seseorang yang secara alami diikuti oleh orang-orang. pada abad 27 sM, Agustus mengusulkan sebuah kekuasaan militer yang sangat besar yang mana terdiri dari 3-4 pasukan, selama 10 tahun. Adanya sebuah kebiasaan yang dikembangkan dengan memanggil Agustus princeps, yaitu pemimpin masyarakat, dan kepala pemerintahan. Ini adalah deskripsi terminologi; bukan seperti gelar resmi pada kaisar. Agustus mendapat jabatan pontifex maximus pada abad 12 sM sebagai bagian dari programnya untuk memulihkan keagamaan di Republik. Makna kontribusi Agustus pada awal kekristenan mengandung kedamaian, kemakmuran ekonomi, perbaikan komunikasi, pemerintahan yang stabil, dan sebuahrasa pembaharuan. Ada sebuah perasaan yang kuat tetang sebuah awal yang baru, sebuah pergolakan pada era sebelumnya dan akhir peperangan dan kedamaian pada era yang baru dan awal kemakmuran. Dapat dikatakan jika Yesus lahir dibawah pemerintahannya, maka Yesus lahir dalam keadaan yang damai dan makmur serta segala sesuatunya terorganisir dengan baik.

Kekaisaran Awal
Tiberius(tahun 14-37 Masehi).Tiberiusadalah anak dariistri keduaAugustus, Livia, daripernikahan sebelumnya. Ia tampaknyatidak dipertimbangkan untuk menjadi calon raja hingga semuakemungkinan telah habis. ManipulasiAugustusdarikehidupan pribadiorang-orang di sekitarnya terlihatdalam kebutuhannyamenikahkan Tiberius dengan putrinya Julia, lantaran adanya pembicaraan di Roma mengenai ketidaksetiaan Julia. Tiberius berkuasapada umur 55 tahun. Pemerintahannya membawa stabilitas hingga ke perbatasan negara, dan ia membawa ketentraman yang lebih baik.Pontius Pilatus yang adalah gubernur di Yudea pada saat penyaliban Yesus. Pontius Pilatus menjabat pada masa kaisar Tiberius. Dalam Injil (Matius 27:11-26, Markus 15:1-15, Lukas 23:1-7 dan 23:25). Pontius Pilatus memang tidak menemukan kesalahan pada Yesus, tetapi dia mengambil sikap agar tidak terjadi pemberontakan sehingga Pilatus akhirnya menyerahkan sepenuhnya pengadilan Yesus ini kepada orang-orang Yahudi. Sepertinya Pilatus mengambil sebuah tindakan yang “mencari aman” agar perdamaian yang sudah ada tetap stabil.
Gaius Caligula (tahun 37-41 Masehi). Gaius merupakan cucu dari saudara Tiberius, Drusus. Gaius memulai dengan mendukung senat, akan tetapi ia tumbuh di lingkungan keluarga yang penuh tragedi, penuh kecurigaan, dimana hal ini mempengaruhi kegilaannya yang terlihat sebelum pembunuhan yang ia lakukan. Secara lalai ia menghabiskan hartanya dan menjadi yakin akan keilahiannya, serta menuntut penghormatan keilahiannya. Pemerintahannya ditandai dengan konflik dengan Yahudi lantaran ia memerintahkan membangun sebuah patung di Kuil Yerusalem di tahun 40 Masehi.

Claudius (tahun 41-54 Masehi). Claudius merupakan paman Gaius. Penjaga-penjaga Kaisar yang membunuh Gaius menemukan Clauidus bersembunyi di istana dan menempatkan dia sebagai kandidat mereka kepada pemimpin sipil. Negosiator di antara hakim-hakim dan senat, yang adalah Agripa I, memberi Claudius penghargaan dengan memperluas seluruh kerajaan Palestina. Claudiusmenegaskanhak-hak istimewaorang Yahudidi Alexandria, memperingatkanorang-orang Yunanidi sana untukmenjagaperdamaian danorang-orang Yahudiharus puas denganapa yang mereka milikidan bukan untuk mencarihak istimewa yang lebih. UsahautamaClaudiusdalam urusan luar negeri adalah penambahan Britania ke dalam kekaisaran. Dalamurusan dalam negeri, iamenetapkan standartinggi untukkewarganegaraan Romawi, namun jugamembukanya untukpria yang berjasa di provinsi-provinsi.

Nero (tahun 54-68 Masehi). Menurut desas-desus kuno, Agrippinatelah meracuni Claudiusketikaiasudah tidak ada bisa lagimengamankantahta anaknya Nero. Neromemilikiistri,Octavia, yangdiduga dibunuh di tahun 62 Masehi supaya bisa menikahiPoppae.Pandangan Nero terhadap segala hal yang berhubungandengan Yahudi dan Kristen,tidak begitubaik. Kebakaran besar Roma pada tahun 64 Masehi disalahkan padaorang-orang Kristen. Tradisi menempatkan Petrus dan Paulus di Roma setelah kejadian(-kejadian) yang terjadi sehingga telah diakui bahwa mereka berdua termasuk salah satu orang-orang yang mempengaruhi kekristenan dapat berkembang hingga sekarang ini. Pemberontakan besar Yahudi di Palestina terjadi di tahun 66 Masehi, dan Vespasian ditempatkan untuk menekan pemberontakan tersebut. Pemberontakan-pemberontakan terjadi di antara pasukan-pasukan di barat dan ketika penjaga-penjaga kaisar memberontak di Roma, Nero melarikan diri dari kota dan akhirnya memutuskan untuk bunuh diri, masih umur 30 tahun. Dengan kematiannya, ia telah mengakhiri Dinasti Julio-Claudian.Dalam penulisan surat Paulus kepada jemaat di Roma pasal yang ke 13, ditulis pada zaman ini.

Perang Sipil: tahun 68/69 Masehi. Kebingungan yang mengikuti perjalanan Nero telah membawa perang sipil. Pasukan-pasukan dan jenderal-jenderal menemukan rahasia kerajaan, bahwa pemimpin rakyat dapat dibuat dimanapun, selain di Roma. Terjadi juga pemberontakan di kalangan bangsa Yahudi karena peristiwa pengambilan kas Bait Allah oleh salah satu petinggi Roma. Vespasian mengambil tindakan atas pemberontakan tersebut, dan membiarkan putranya Titus untuk melanjutkan perang Yahudi, membuatnya berbaris diRomapada akhir tahun 69 Masehi dan tibadi kotasendiridi tahun 70 Masehi. Di tahun ini pula dan dibawah komando Titus, Bait Suci hancur untuk kedua kalinya dan bangsa Yahudi harus terpencar lantaran mereka tidak boleh kembali ke Yerusalem lagi. Keruntuhan Bait Allah membuat wibawa orang Yahudi hancur pula di mata Roma.

Vespasian (tahun 69-79 Masehi). Vespasian meresmikan dinasti Flavian. Ia datang dari sebuah kota kecil di Sabine bukit Itali. Kakeknya telah menajdi perwira di pasukan, jadi ia mewakili kebangkitan kelas pemerintahan kota-kota Itali yang menjadi pengaruh terbesar di Roma. Vespasian mengubah karakter senat dengan menggambarkan anggota baru dari aristokrasi kota Italy dan barat. Ia dan Titus merayakan kemenangan di Roma tahun 71 Masehi atas kesuksesan dalam menekan pemberontakan di Yudea.

Titus (tahun 79-81 Masehi). Sebuah demam telah menyingkatkan kehidupan Titus. Pemerintahannya diingat karena 2 peristiwa: pertama,letusanVesuvius, yang menghancurkan Pompeiidan Herculaneumdi tahun 79dan memberinyakesempatan untukmenunjukkankemurahan hatinya, dan kedua, pembukaanColosseumyang berlebihan,dimulai olehayahnya dandiselesaikan olehDomitianussaudaranya, dan pengeluaran selanjutnya untukpermainan-permainan dan acara-acara. Di bawah komandonya, Bait Allah hancur dan diaspora orang Yahudi dimulai.

Domitian (tahun 81-96 Masehi). Pemerintahan Domitian dicirikan dengan pembuangan dan eksekusicukup banyakdari keluargasenator, jadi memorinya secara umum dikutuk olehsenat,setelahpembunuhan itu. Domitianusbersikeras pada juduldominusetdeus(“Tuhan dan Tuhan”), dantradisi Kristenmengingat dia sebagai seorang penganiayadankaisar yang  memerintah di Kitab Wahyu yang telah ditulis.

Lima Kaisar yang Baik.” Nerva(tahun 96-98 Masehi) merupakan seorang tokohtransisi. Senatmenyukainya, tapi tentara (yangmembencipembunuhanDomitianus) tidak.Nerva, tidak mempunyai anak dan di umur 60an, ia mengadopsikomandan pasukan atas Jerman Atas, Trajan. Apa mungkinlangkah darurat untukmemberikandukungan militer kepadapenguasa baru telah menjadimetodepenyelesaiansuksesidiikuti olehtigapenguasaberikutnya.Praktik mengadopsi seorang yang sukses ini memberiRomaserangkaiankaisaryang baikdi bawah siapakekaisaranmencapai perkembangantertinggi. Provinsi-provinsiyangmakmurdan umumnya diatur dengan baik, kerajaansendirimenikmatiketentraman internal.

Trajan(tahun 98-117 Masehi) datang dari Spanyol, dandengannya provinsimenjadimitra penuh dalamaturankekaisaran. Dia memberikekaisaranbatasteritorialterbesarmelaluikampanye sukses, yang mendorongbatas-batasdi utara dantimur keDanube danEfrat.

Hadrian (tahun 117-138 Masehi) memperkenalkan sebuah politik stabilisasi di perbatasan dan dalam negeri. Ia merupakan pecinta berbagai hal tentang Yunani. Ia menghabiskan banyak waktu untuk jalan-jalan di provinsi-provinsi bagian timur, dan beberapa bahan tetap bersaksi akan kekagumannya di Yunani timur. Pada pemerin-tahan Hadrian terjadi pemberontakan Yahudi yang terbesar kedua di Palestina.

Antoninus Pius (tahun 138-161 Masehi) menyukai pemerintahan yang damai dan tidak banyak yang terjadi. Kekaisaran itumakmur. Kaisarberkumpul di sekitar orang-orang sastrawandan filsuf-nya. Karakternya, digambarkan dengn julukanPius, lantaran kepribadiannya yang ramah, membuat senat memberi julukan itu.

Marcus Aurelius(tahun 161-180 Masehi) harus menghadapimasalah-masalahyangmembawabencanabagidunia Romawidi abad berikutnya. Pasukan yang kembali dariMesopotamiamembawa wabah, yang memilikikonsekuensi padaperkembangan politikdan ekonomikerajaan. Inimasih terjadiketikaJerman danSarmatiansmenginvasikekaisaran.Banyak waktunyayang digunakan denganperang di perbatasan utara,berjuangdengan pasukan cadangan yang memadai.

Pada abad ke 2 M ini, masyarakat Yahudi dan Kristen merasakan masa kedamaian dan keadilan. Namun, gangguanYahudi diMesir, Kirene, danSiprusdi tahun 115 Masehi,selama pemerintahanTrajan,menghancurkan banyakpropertidan mengambilbanyak korban jiwadan harusmenekansecara kejam. RencanaHadrianuntuk membangun kembaliYerusalemsebagai koloniRomawi, AeliaCapitolina, dengankuilJupiterdan dirinya sendiri di situskuil Yahudimungkinberkontribusi padapemberontakanBarKokhbadi tahun 132 Masehi, tidakmeletakkansampai tahun 135 Masehi. Adanya penghambatan penyebaran orang Kristendi bawahkaisarabad kedua, dengan lebih banyak yang martirdi bawahpemerintahan MarcusAurelius,daripada di bawahpemerintahan kaisarmanapunsebelum penganiayaanDeciandariabad ketiga.

F.      Kekaisaran Sesudahnya
Pada abad ke 2 M, banyak terjadi permasalahan di dalam kekaisaran mulai dari serangan dari musuh, penurunan ekonomi, konflik-konflik agama, dan banjir besar pada abad ke 3 M. Bahkan serangan dari Parsia merupakan sebuah permasalahan yang cukup besar bagi kekaisaran Romanum saat itu. Permasalahan ekonomi semakin menjadi bahkan abad ke 3 M merupakan sebuah masa yang sulit bagi kekaisaran Romawi sendiri. Namun, ada sebuah usaha perbaikan dan pemulihan dibawah pemerintahan Desius dan Ilirian dalam hal militer dan Diokletian serta Konstantine dalam hal konstitusional.

V. ADMINISTRASI KEKAISARAN
Kekaisaran Roma merupakan sebuah kekaisaran yang cukup kuat dalam hal pemerintahan dan kekuatan. Kekuatan tersebut salah satunya di dapatkan dari banyaknya koleksi kota-kota. Kota menjadi bagian penting dalam roda pemerintahan karena di dalam kota segala suatunya terjadi. Peradaban kota-kota Romawi sendiri bercorak urban. Kota-kota Romawi dapat diklasifikasikan berdasarkan nilainya. Kota yang paling tinggi nilainya disebut coloniae civinum romanorumseperti Filipi, Korintus, Antiokia Pisidia, Ikonium, Listra, dan Troas. Kota-kota ini memiliki hak-hak khusus termasuk pembebasan pajak. Berikutnya adalah municipa atau oppida civium romanorum. Di dalam kota ini hak pilih dapat dicapai dengan memegang sebuah pemerintahan di pemerintahan kota. Kota-kota lainnya yang kurang memiliki nilai, yaitu Efesus, Smirna, Tarsus, dan Antiokia Siria. Urusan dalam pemerintahan dalam kota mereka diatur oleh hukum mereka sendiri dan tidak terikat dengan segala aturan dari Roma, meskipun demikian mereka tetap dalam batas kekuasaan Romawi. Kota Roma sendiri merupakan pusat dari roda pemerintahan. Kaisar berada di kota Roma. Tidak hanya kota-kota Romawi saja, Yunani juga memiliki kota-kota penting yang juga menunjukkan kejayaan mereka pada masa lalu seperti Athena, Akropolis, dan Alexandria yang ada di timur. Kekaisaran Romawi sendiri tidak bisa lepas dari provinsi-provinsi yang merupakan wilayah kekuasaaannya. Dalam sebuah provinsi dipimpin oleh seorang prokonsul yang dipilih oleh magister di Roma. Roma sangat pintar dalam mengatur posisi politiknya dengan membangun sebuah relasi dengan kerajaan-kerajaan kecil di wilayah kekuasaannya. Yudea sendiri merupakan sebuah provinsi tetapi juga sekaligus sebagai “client kingdom” dengan Herodes sebagai raja. Provinsi Yudea memiliki nilainya sendiri di mata kekaisaran Romawi. Corak religious dan banyaknya orang Yahudi di provinsi Yudea ini membawa keuntungan tersendiri bagi Romawi. Romawi merasa bahwa jika bangsa Yahudi memberontak, maka pemberontakan tersebut akan mengancam stabilisasi pemerintahan Romawi. Oleh karena itu, agar meminimalisir hal tersebut, Roma memberikan hak-hak khusus kepada pronvinsi Yudea yang dinilai unik dan memiliki kekhususan terlebih dalam hal religiusitas.
VI. HUBUNGAN KONDISI POLITIK DENGAN PERJANJIAN BARU
Perjanjian Baru mengandung banyak sekali ideologi politik Roma. Dalam beberapa hal disebutkan secara tersirat maupun tersurat. Kisah tentang Yesus sendiri sudah diwarnai oleh unsur politik Romawi pada masa itu mulai dari awal kisah kelahiran-Nya hingga kematian-Nya di kayu salib. Matius 2:1-12 memiliki muatan religio-politik. Istilah “raja” dalam bahasa Yunani, disandangkan kepada Yesus dan istilah ini juga dipakai untuk Herodes bahkan kaisar itu sendiri. Disini terlihat juga bahwa secara politik, Yesus memang dari awal sudah masuk di dalamnya. Tidak heran jika Herodes menganggap Yesus sebagai sebuah ancaman posisinya. Banyak istilah-istilah politik yang dikaitkan dengan kehadiran Yesus dalam konteks-Nya saat itu. Tidak hanya pada masa Yesus saja, tetapi sampai pada masa perkembangan Kekristenan mula-mula oleh Para Rasul pun diwarnai oleh perpolitikan Romawi. Kebijakan-kebijakan pada saat itu mempengaruhi perkembangan Kekristenan ke seluruh dunia. Istilah ekklesia(gereja) merupakan istilah dalam perpolitikan Yunani yang merujuk pada sebuah sidang rakyat.
VII. TANGGAPAN KELOMPOK
Politik sendiri tidak bisa dilepaskan dari kepentingan dan kekuasaan. Pada masa Perjanjian Baru, di mana Roma sangat berkuasa, politik tidak bisa semata-mata dilepaskan dari kehidupan jemaat mula-mula saat itu karena kehidupan bersama diatur melalui kebijakan-kebijakan politik. Kalau boleh menyerempet bagian kebudayaan dan kehidupan sosial, jemaat kekristenan mula-mula memang hidup pada tahun masehi, tetapi budaya dan tradisi yang menjadi tantangan jemaat mula-mula kekristenan saat itu merupakan kelanjutan dari pertempuran, perluasan wilayah, percampuran budaya, dan perkembangan pendidikan sebelum tahun masehi. Jemaat kekristenan mula-mula merupakan kumpulan orang percaya, baik mereka yang orang asli Yahudi dan diaspora maupun orang Yunani diaspora. Maka tentu saja ada tantangan-tantangan yang membuahkan pergumulan batin tentang adanya ‘tabrakan’ budaya, misalnya saja konsep tentang perbudakan, yang dijelaskan sedikit oleh kelompok di atas.
Sejarah konteks politik di sekitar Laut Mediterania memang didominasi oleh Yunani, Roma, Siria, dan Mesir. Peperangan di antara mereka menghasilkan Roma sebagai pemenang dan penguasa wilayah pesisir laut Mediterania, bahkan pada tahun 117 Masehi, wilayah kekuasaan Roma hampir persis menyamai wilayah kekuasaan Aleksander Agung di masa kejayaannya. Memang di sisi lain, pertempuran dan perluasan wilayah politik menggambarkan sisi manusia yang tamak atau tidak pernah puas akan kekuasaan. Pertempuran juga menyisakan janda-janda, anak-anak yatim, dan kematian para ayah dan pemuda. Sedangkan bagi kerajaan, peperangan membuat ekonomi negara menjadi tidak seimbang. Ini memang sebuah pembayaran yang sangat mahal karena adanya pertempuran.
Di sisi lain, penaklukan wilayah secara politik juga bernilai positif karena membuka gerbang yang luas untuk perkembangan dan penyebaran tradisi dari satu bangsa ke bangsa lain, sehingga ada percampuran budaya, gaya berpikir, sistem pemerintahan, pendidikan dan pengetahuan, bahkan juga strategi berperang. Kota-kota Yunani yang didirikan oleh Seleukid dan juga kota besar Aleksandria mempunyai peranan penting dalam kancah politik. Kota-kota tersebut adalah kota-kota strategis yang mengundang peperangan dan hasrat untuk menguasai. Kota-kota strategis itu seolah memberikan janji ekonomis dan kekuasaan kepada penakluknya. Melalui kota-kota Yunani dan Aleksandria inilah bagaimana pesisir Laut Mediterania, khususnya pesisir timur, begitu kental dengan alam pikir Yunani. Setelah masa Aleksander, Kekaisaran Roma juga berperan penting dalam membuka akses ke Asia Kecil dan Mesopotamia. Kekaisaran Roma memberikan peranan besar dalam membuka jalan kepada kekristenan menjadi dikenal luas oleh dunia melalui ekspansi politis yang dilakukan. Dunia Mediterania mengenali kekristenan melalui  pertemuan dan dialog serta tulisan dan cerita-cerita yang berkembang; melalui gulungan-gulungan yang bahasa Yunani dan Latin.

Hal yang cukup menarik dari data sejarah perkembangan politik di atas adalah Roma seolah menjadi supir yang sedang mengendarai mobil. Dalam hal ini mobil adalah pertempuran dan perebutan wilayah. Di dalam mobil itu terdapat penumpang-penumpang, yaitu budaya-budaya Roma, Yahudi, dan Yunani. Lebih lanjut, bahwa walaupun secara politik wilayah Yunani sudah masuk dalam kekaisaran Roma, tetapi semangat budaya Yunani tetap eksis dalam kehidupan sosial dan budaya. Bila ditarik dalam dimensi identitas, mungkin muncul pertanyaan-pertanyaan lebih kritis tentang Paulus, contohnya, yang merupakan orang Yahudi tetapi paham benar budaya Yunani dan Roma. 

No comments:

Post a Comment