Monday, 7 October 2013

Refleksi Teologis dari Pemikiran Plato terhadap Kekristenan

PENDAHULUAN
Plato lahir pada 427 SM dari keluarga bangsawan Athena. Ia merupakan salah satu dari Filsuf-filsuf besar sepanjang abad. Karyanya dikenal dimana-mana, dan berbagai pemikirannya memperngaruhi kehidupan Kekristenan. Salah satu pemikiran Plato yang terkenal adalah mengenai ide. Plato mengemukakan bahwa ide merupakan sesuatu yang objektif, menurutnya ada ide-ide yang terlepas dari subjek yang berpikir. Ide-ide tidak bergantung pada pemikiran, sebaliknya pemikiranlah yang bergantung pada ide.[1] Ide sudah ada dan berdiri sendiri di luar pemikiran kita. Ide-ide ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Misalnya, ide tentang dua buah lukisan tidak dapat terlepas dari ide dua, ide dua itu sendiri tidak dapat terpisah dengan ide genap. Menurut Plato realitas dibagi atas dua dunia, yang pertama adalah rasio dan panca indra. Dunia pertama adalah idea-idea dan yang kedua ialah jasmani. Hal ini menjelaskan bahwa apa yang konkret bukanlah yang nampak, yang konkret hanyalah ide. Idea-lah yang menyebabkan saya dapat mengenali sekitar saya, ia berfungsi sebagai model atau contoh benda-benda yang kita amati di dalam dunia ini, dan sifatnya tidak berubah (kekal) dan sempurna. Sebaliknya, benda-benda jasmani dipandang hanya sebagai refleksi atau bayangan dari dunia idea, selalu terjadi perubahan, fana, dapat rusak, dan dapat mati.

Menurut Plato idea ini juga disebut “jiwa”. Pemikiran ini mempengaruhi pemikiran Kristen. Menurut Plato jiwa adalah pusat atau inti sari dari kehidupan manusia. Plato meyakini bahwa jiwa manusia bersifat baka, dalam arti bahwa jiwa tidak akan mati pada saat kematian badan, melainkan tetap kekal karena sudah ada sebelum hidup di bumi ini (pra-eksisten dan tidak tergantung dari tubuh).[2]


REFLEKSI PENGARUH PEMIKIRAN PLATO TERHADAP KEKRISTENAN
Dalam pemahaman filsafat Plato tentang Tuhan, Tuhan digambarkan bersifat antroposentris, sebab dalam teorinya ia mencoba menampik satu Allah yang tunggal yang mengorganisir segala yang ada di dunia ini, dan menurutnya semua pengetahuan dan keberadaan alam berdasar pada rasio manusia. Pemikiran Kristen kenyataannya tidak seperti itu, dalam pemahaman Kristen Allah itu satu dan tidak ada satu orang pun yang dapat mengenal Allah dengan kemampuan manusianya. Oleh karena itu dalam pengenalan akan Allah dengan segala keberadaannya, manusia tidak akan dapat menyelidiki dengan kemampuan dan pengertian manusia sendiri. Atas dasar kemampuan apa manusia dapat mengenal Allah, kalau bukan karena Allah sendiri telah menyatakan sebagai manusia dalam diri Yesus Kristus.

Nah, disini saya mencoba merefleksikan pemikiran Plato mengenai dualisme, dimana manusia terbagi atas dua bagian yaitu jasmani dan jiwa. Diatas telah dijelaskan bahwa tubuh dapat rusak, tidak kekal; sedangkan jiwa itu sempurna dan kekal. Bagi saya pemahaman ini sama dengan Teologi Keselamatan dalam ajaran Kristen, yang berbicara mengenai rencana Allah bagi keselamatan dunia, dimana keselamatan ini diartikan sebagai “keselamatan jiwa”, sebab badan (jasmani) dikuasai dosa dan karena itu ia tidak selamat. Namun Alkitab menjelaskan bahwa manusia secara utuh adalah berdosa. Namun, yang berdosa adalah manusianya, bukan jiwanya; yang mati adalah manusianya, bukan tubuhnya dan bukan hanya jiwa saja, tetapi manusia (baik tubuh maupun jiwanya telah di tebus Kristus). Karena manusia yang secara utuh itulah yakni yang jahat dan yang tidak sempurna sehingga Kristus menebus dosa manusia.




[1] lih. K. Bertens. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta. Kanisius. 1999, p.131
[2] bdk. EGS. Mengantisipasi Masa Depan. Jakarta. BPK Gunung Mulia, p.238

No comments:

Post a Comment