I.
PENDAHULUAN
Marie-Claire Barth menyusun perikop ini dalam
3 bagian,
Ay 1-2 : seruan, agar Israel mendengarkan TUHAN
(sapaan yang dilengkapi dengan berbagai-bagai keterangan)
Ay
3-6a : firman TUHAN tentang nubuat lama dan penggenapannya
Ay
6b-11 : firman TUHAN tentang hal-hal baru yang akan dilaksanakanNya
Yesaya 48 dalam perikop ini, rupanya mempunyai
bentuk dan tujuan yang agak sulit ditemukan. Didalamnya seolah-olah terjalin
dua pikiran yang berlainan. Di satu pihak firman ini hendak meyakinkan Israel
bahwa TUHAN memimpin sejarah dan segera akan menyelamatkan umatNya dengan perantaraan Koresy, sedangkan
dipihak lain firman ini juga menyampaikan alasan-alasan yang mendorong TUHAN
untuk memasukkan umatNya ke dalam dapur kesengsaraan, dan melanjutkan firman-firman
hukuman nabi-nabi yang terdahulu.
Kedua benang pikiran diatas bertentangan
atau saling mendukung masih diperdebatkan oleh para ahli Perjanjian Lama. Beberapa
terpengaruh oleh penilaian sejarah bahwa mungkin firman ini digunakan untuk memberi
teguran dalam situasi yang baru kepada
bangsa Israel sesudah kembali ke tanah suci. Untuk itu firman ini sebaiknya
dipandang sebagai khotbah pada Hari Peringatan jatuhnya Yerusalem. Sehingga
kita dapat melihat maksud firman ini sebagai bentuk kesadaran umat akan
hukuman-hukuman yang diberikan Allah kepada nenek moyang mereka karena
dosa-dosa mereka, dan yakin kalau Allah jugalah yang menolong dan menyelamatkan
mereka (Hipotesa yang tidak dapat dibuktikan). Namun tidak jelas mengapa firman
ini saja yang diberi tambahan, dan bukan firman-firman lain yang serupa.
II. TAFSIRAN
Ayat 1-2
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa umat
(sebagai kaum keturunan Yakub) hidup dari berkat TUHAN. Kata keturunan Yakub, harafiah dengan
“rumah” dalam arti keluarga, marga, family, yang diberkati yang terdiri dari
mereka yang menyebut diri dengan nama
Israel.
Anggota umat ini menjawab berkat Allah
dengan dua bentuk: 1). Bersumpah dengan
nama TUHAN, yaitu mereka yang memilih TUHAN sebagai penjamin janji-janji
yang mereka ikrarkan; siapa yang memenuhi janjinya diberkati, siapa yang
mengingkari janjinya dihukum. 2). Dengan
mengakui ALLAH Israel, yaitu dengan mengingat perbuatan-perbuatan Allah
kepada Israel untuk memuji-muji Dia dan memberitakan kemasyuranNya. Dalam kata
Ibrani “mengingat” (dalam arti khusus “mengakui”) bila dibandingkan dengan Maz
38:1 pada waktu persembahan korban, maka sumpah dan pengakuan ini merupakan dua
segi yang penting dalam kebaktian Israel.
Mereka bertopang kepada Allah Israel TUHAN
semesta alam. Namun semuanya itu dilakukan tidak dengan sungguh-sungguh (dalam
arti yang tahan uji) dan bukan dengan tulus hati. Arti catatan ini memusingkan
penafsir, sebenarnya apakah bangsa Israel menyangkal kebaikan TUHAN? Kalau
memang benar maka ay.1-2 berlawanan dengan bagian ini. Menurut Marie-Claire bagian
ini harus dipandang sebagai bagian yang ditambahkan dari tangan lain.
Menurutnya, bagian ini memberitahukan tentang keselamatan. Namun juga sekaligus
ingin memperingatkan kepada para pendengar bahwa keselamatan ini baru genap
bila mereka membiarkan diri diperbaharui oleh TUHAN untuk benar-benar berbakti
kepadaNya dengan segenap hati.
Ayat 3-6a
Apa yang
telah terjadi pada bangsa Israel sejak di Mesir sebenarnya sudah Tuhan
beritahukan melalui penglihatan nabi atau suatu pendengaran yang mengarah ke
masa depan. Meskipun pemberitahuan tersebut disampaikan oleh nabi, namun hal
tersebut di sah kan oleh Tuhan sendiri. Tuhan menjamin kebenarannya. Tuhan
melakukan apa yang telah Ia sampaikan menjadi kenyataan. Bahkan Yesaya 2
melukiskannya dengan halus bahwa realita yang Tuhan lakukan melebihi bayangan
manusia, meskipun kejadian tersebut sudah diberitakan sebelumnya. Namun, bukti
yang digunakan untuk bangsa lain, sekarang berbalik pada bangsa Israel sendiri.
Dikatakan bahwa 1). bangsa Israel adalah umat yang tegar tengkuk, seperti
ketika mereka mendirikan patung lembu emas di gurun dan ketika mereka menyangka
bahwa bangsa Israel selamat karena jasanya sendiri. 2). Israel bangsa yang keras kepala dan berkepala batu. 3). Israel
ingin menentukan nasibnya dengan menggunakan berhala dan patung. Bangsa Israel
sering menggunakan kuasa ilahi dimana mereka percaya bahwa kekuasaan itu dapat
menolong dalam kesuburan, kesehatan dan aspek lainnya meskipun Israel tidak
menyembah ilah tersebut. Hal ini hampir sama dengan kondisi dimana kalangan
orang beragama ( Kristen ) saat ini tetapi masih sangat percaya dan memakai
"guna-guna" yang berasal dari agama dahulu. Hanya saja saat ini kita
tidak tahu bagaimana bentuk 'guna-guna' kuasa ilahi yang dimaksud oleh penulis
pada zaman itu.
Ayat
6b-8
Dibagian ini Tuhan mengabarkan dan memberi
dengar dengan perantaraan Deutero-Yesaya tentang hal-hal baru yang dilukiskan
dari tiga segi: 1) Hal-hal yang hingga kini tersimpan oleh Allah, termasuk
rencana kebijaksanaan yang diputuskanNya. Dan Allah menjaga hal-hal itu agar
tidak diketahui orang sebelum waktunya. 2) Hal-hal tersebut baru diciptakan
oleh Tuhan, sesuatu yang belum pernah ada. 3) Hal-hal tersebut belum pernah
dibayangkan orang, belum pernah didengarkan, belum pernah diterima dari pihak
ilahi, masuk telinga dan hati, dan manusia tidak dapat bersiap-siap
menghadapinya karena adalah sesungguhnya baru.
Istilah baru (Ibr khadasy) dipakai untuk pertama kali dalam hubungan dengan
peristiwa-peristiwa sejarah pada jaman pembuangan: timbul kesadaran bahwa TUHAN
menciptakan sesuatu yang baru di bumi, membuka babak baru dalam sejarah manusia
dengan keluaran baru, keselamatan baru untuk seluruh umat manusia, persekutuan
dan perjanjian baru.
Hal-hal baru apa yang dimaksudkan? Marie-Claire
memastikan tindakan itu adalah tindakan-tindakan penyelamatan, yang mungkin
dengan perantaraan orang luar seperti Koresy, yang diberikan kepada suatu
bangsa yang tidak wajar menerimanya, karena mereka tidak setia kepada TUHAN
yang mengikrarkan perjanjian dengannya: umat Israel, yang disebut berbuat
khianat sekeji-kejinya, berada di luar persekutuan dengan Allah, dan
memberontak sejak dari kandungan.
Ayat 9-10
Pada bagian ini, seharusnya TUHAN
menjatuhkan hukuman mati, akan tetapi TUHAN menahan amarahnya, secara harafiah
“membuat panjang nafasNya”. Disini TUHAN digambarkan sebagai Allah yang panjang
sabar. TUHAN yang mengasihi dan tidak melenyapkan umatnya, akan tetapi
memurnikannya. “memurnikan” disini yang dimaksud adalah untuk meleburkan logam
yang berharga, dileburkan supaya yang berharga itu Nampak.“ Aku telah
memurnikan engkau bagiKu seperti perak”. TUHAN memurnikan umatnya dengan cara
menguji dalam dapur kesengsaraan Babel, memberikan hukuman-hukuman kepada
umatnya pada saat pembuangan. Hal ini dilakukan TUHAN untuk membersihkan umatNya
dari unsur-unsur yang tidak baik dan pada akhirnya TUHAN mendapatkan “sisa yang
suci”.
No comments:
Post a Comment