I. PENDAHULUAN
Setiap agama
pasti memiliki konsep dosa dan pengampunan, begitu juga dengan kedua agama
besar di Indonesia; Islam dan Kristen. Konsep dosa dan pengampunan merupakan
bagian yang tak dapat dilepaskan dari kehidupan setiap umat beragama. Dosa
adalah sebuah tindakan yang dilakukan sengaja atau tidak sengaja dan dianggap
salah serta tidak sesuai dengan ajaran dan hukum sebuah agama, sedangkan
pengampunan/taubat berarti kembali kepadaNya. Kedua kata ini saling terkait.
Ketika seseorang berbuat dosa, maka dengan taubat ia mendapatkan pengampunan dari
Allahnya. Dalam tugas akhir ini saya akan mencoba membahas kedua konsep ini
(dosa dan pengampunan) dengan mendialogkan doa Bapa Kami dan Fatiḫa sebagai
dasarnya.
II. DOSA DAN PENGAMPUNAN ALLAH DI DALAM
ISLAM DAN KRISTEN[1]
Fatiḫa
dipanjatkan oleh penganutnya dengan tujuan untuk merayakan rasa syukur kepada
sang Pencipta sebagai Allah yang pemurah. Begitu juga dengan doa Bapa Kami yang
dipanjatkan oleh penganutnya sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah sebagai
Bapa yang mengasihi dan mengampuni. Ajaran Islam memberikan tiga cara memahami
pengampunan Allah. Semuanya didasarkan pada pengajaran Qur’an dan Hadith,
tetapi pada aspek-aspek yang berbeda tentangnya. Begitu juga halnya dengan apa
yang dipahami oleh orang Kristen tentang pengampunan Allah, diantaranya yakni kemahakuasaan Ilahi,
keadilan dan anugrah. Dimana ketiga hal ini relevan bagi pengampunan Ilahi
dalam pengertian Islam maupun Kristen.
Islam
Pemahaman I
(menurut ahli teologi Murji’i[2]): Allah adalah Maha Kuasa; Ia pada akhirnya
akan mengampuni semua orang Muslim. Dalam pemahaman ini dipahami bahwa
atribut tertinggi Allah adalah kemahakuasaanNya. Allah itu maha kuasa, pemurah
serta adil. Ia berdiri sendiri dan tidak tergantung oleh siapa dan apa pun itu.
Ia punya hak untuk melakukan apa yang Ia sukai dan tak seorang pun yang dapat
melawan kehendak serta keputusanNya. Karena Ia adalah Tuhan yang Maha Kuasa,
maka manusia sebagai makhluk ciptaanNya harus tunduk di bawah kuasaNya. Segala
apa yang dilakukan oleh manusia baik atau buruk ditentukan oleh
kemahakuasaanNya. Untuk itu, Ia punya hak untuk mengampuni dan menghukum siapa
pun yang Ia kehendaki.
Keesaan Allah
merupakan salah satu dari doktrin inti ajaran Islam. Untuk itu dosa karena shrik (menyembah allah lain selain
Allah) tidak dapat diampuni dan akan dihukum masuk ke dalam neraka. Namun ada
pengecualian ketika mereka mau bertobat dan masuk Islam. Pada bagian ini sering
terjadi kesalapahaman antara Islam dan Kristen. Islam memahami konsep Trinitas
dalam ajaran Kristen sebagai tritheisme (percaya kepada 3 allah), yang
sebenarnya tidak seperti itu. Dalam ajaran Kristen konsep Trinitas, Allah tetap satu (Esa) namun dengan 3 pribadi
(Bapa, Anak, dan Roh Kudus).
Kita kembali
lagi pada pemahaman Islam bahwa Allah itu Esa dan berkuasa. Dari pemahaman ini
orang-orang muslim percaya bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka apabila
mereka bertobat, tetapi jikalau tidak, tak ada satu pun yang bisa menghalangi
kehendak Allah atas hal tersebut pada hari penghakimanNya. Berikutnya, Allah
itu pemurah. Islam mengajarkan bahwa anugrah Allah jauh lebih besar dari pada
murkaNya. Anugrah Allah digambarkan bahwa Allah tidak akan menghukum
orang-orang Muslim yang tidak taat dengan hukuman kekal. Setelah membayar
dosa-dosanya, mereka akan keluar dari neraka dan akan pergi ke surge dimana
mereka akan menikmati kebahagiaan kekal bersama-sama dengan saudara-saudara
Muslim yang lain. Hal ini juga sangat jelas di singgung dalam doa syafaat Nabi
Muhammad yang memohon pengampunan bagi orang-orang Muslim yang tidak taat dan
tidak menyesali dosa-dosa mereka kepada Allah.[3]
Pemahaman II
(menurut ahli teologi Mu’tazili[4]): Allah adalah adil; Ia akan mengampuni orang-orang
Muslim yang taat saja. Pada bagian ini dipahami bahwa atribut Allah adalah
keadilan, selanjutnya barulah anugrah dan kemahakuasaanNya. Dikatakan bahwa
pada hari penghakiman nanti Allah akan menghakimi setiap orang menurut
keadilanNya yang sempurna, dan orang-orang Muslim tidak akan diistimewakan
karena iman mereka, mereka akan diperlakukan sama seperti orang-orang
non-Muslim. Mereka akan dibenarkan apabila mereka melakukan apa yang benar di
mata Allah, dan salah bila mereka melakukan apa yang tidak berkenan bagi Allah.
Dalam hal ini para pakar teologi Mu’tazili menjelaskan berbedaan antar
dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil. Hadith menunjukkan dosa-dosa besar seperti
politheisme, ilmu sihir, membunuh, merampas kekayaan milik anak yatim,
mengambil bungan atau riba, desersi dari tugas-tugas keagamaan, dan secara
salam menuduh perempuan Muslim yang sudah bersuami melakukan tindakan amoral
seksual. Tradisi lain juga memandang dosa besar seperti pemberontakan kepada
orang tua, kesaksian palsu, menyerang orang-orang yang sedang dalam perjalanan
ke Makkah, minum anggur, menyia-nyiakan anugrah Allah atau mengabaikan
pengadilan Allah. Berbeda dengan dosa-dosa besar, dosa-dosa kecil dapat ditebus
dengan perbuatan-perbuatan baik, karena perbuatan yang baik dapat menghapuskan
perbuatan yang jahat. Namun hal ini bukan berarti seseorang dapat dengan
sengaja atau seenaknya melakukan dosa-dosa kecil ataupun besar, sebab pada
akhirnya pengampunan atas dosa-dosa kembali lagi pada otoritas Allah. Di sini
konsep tentang hukuman sementara dan doa Nabi yang telah dijelaskan diatas,
ditolak dengan alasan bahwa Allah akan menyangkal keadilanNya jikalau Ia
mengampuni dosa besar yang emmang layak unuk dihukum.
Pemahaman III
(Sufisme)[5]: Allah adalah pemurah; Ia akan mengampuni
semua orang. Pada bagian ini atribut Allah yang penting adalah murah hati.
Dikatakan bahwa dalam hal ini Allah
digambarkan sebagai “yang paling murah hati dari segala yang bermurah hati” dan
“terbaik dari dari segala yang murah hati”. Kemurahan hati Allah bersifat
inklusif, yang dinyatakan dalam pengampunannya tanpa batas terhadap orang-orang
berdosa. Di sini dijelaskan bahwa tak satu dosa pun yang tidak terjangkau oleh
pengampunan Allah. Hal ini menunjukkan bahwa pengampunan Allah itu tanpa syarat
dan tidak tergantung pada pertobatan manusia.
Kristen
Anugrah
Allah ditunjukkan dalam kasihNya kepada umatNya. Sama
seperti pemahaman Islam (Sufisme) tentang kemurahan hati Allah yang tak
bersyarat dan universal, begitu juga konsep tentang kasih Allah dalam ajaran
Kristen. Namun berbeda dengan pemahaman tentang nabi sebagai mediator kasih
Allah. Dalam Kristen Yesus-lah yang menjadi wujud nyata kasih Allah ke dunia;
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan anakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepadaNyatidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16). Dalam
Perjanjian Baru, Yesus Kristus adalah mediator antara Allah dan manusia, sebab
Dialah Anak Allah yang kekal yang telah menjadi manusia untuk menyelamatkan
kita dari hukuman kekal lewat kematiaanNya di kayu salib. Sebab manusia adalah
makhluk yang sudah tercemar oleh dosa sejak lahirnya. Untuk itulah lewat karya
penyelamatan Allah di dalam Yesus Kristus yang mati dan bangkit, manusia dapat
ditebus dari dosanya.
Sebagaimana
kasih Allah yang tidak terbatas, begitu pula dengan keadilanNya. Dalam ajaran Kristen konsep tentang dosa kecil
dan besar tidak ada. Dosa ya tetap dosa,
dan untuk itu tetap ada hukumannya. Kita tidak dapat memisahkan antara apa yang
kita lakukan dengan siapa kita ini; perbuatan kita mencermikan hakekat
keberadaan kita; kita berdosa dan juga sekaligus pendosa. Dan untuk itu,
hukuman dosa adalah maut, baik secara fisik maupun secara spiritual (Rm 6:23).
Dari perspektif Alkitabiah, pengampunan dosa hanyalah merupakan salah satu
aspek dari penyelamatan. Penyelamatan yang datang dari Allah lewat Yesus
Kristus; mediator yang memperbaiki hubungan Allah dan umatNya yang telah rusak
oleh karena dosa manusia itu sendiri.
Yang terakhir
adalah kemahakuasaan Allah.
Sang pencipta dan Tuhan atas alam semesta. Dalam ajaran Kristen, kemahakuasaan
Allah telah dinyatakan dalam kebangkitan Yesus Kristus dari maut. Pada bagian
akhir doa Bapa Kami hal ini juga ditekankan “…dan Engkaulah yang empunya
kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya.” Di sini kita bisa
melihat dan merenungkan kemahakuasaan Allah yang tercermin dalam diri Yesus
Kristus yang menyelamatkan manusia dari dosa. Maka untuk itu, kita patut
mengucap syukur atas anugrah yang boleh kita terima.
III. TANGGAPAN – TANGGAPAN LAIN DARI AGAMA ISLAM DAN KRISTEN
Berdasarkan
hasil diskusi saya dengan beberapa teman mahasiswa teologi dari Universitas
Sunan Kalijaga, mereka banyak memberi tanggapan dan masukan yang menjelaskan
tentang bagaimana konsep dosa dan pengampunan yang dipahami dalam Islam. Apa yang
mereka jelaskan mengenai konsep dosa dalam Islam kurang lebih memiliki dasar
yang sama dengan apa yang dipahami dalam Kristen; bahwa dosa adalah tindakan
yang dilakukan manusia yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.[6] Yang
menarik bagi saya adalah: (1).konsep tentang dosa seseorang yang telah
meninggal dapat diampuni oleh karena doa-doa saudara dan sahabat-sahabatnya
selama masih hidup, serta (2).konsep tentang neraka yang dihuni oleh orang
berdosa selama menjalani masa hukumannya (kemudian setelah membayar dosanya di
neraka ia dapat ikut masuk ke surga). Konsep ini sama seperti apa yang dipahami
oleh orang-orang Kristen Katolik tentang api penyucian. Dalam ajaran gereja
yang saat ini dipegang oleh Gereja Katolik Roma, dikenal apa yang disebut
dengan purgatori yakni tempat antara dimana orang mati berada sebelum masuk surga.
Disitu, orang yang mati menjalani penyucian. Maka, purgatori juga disebut
dengan api penyucian. Sebenarnya ajaran ini hendak mengatakan bahwa untuk masuk
ke surga yang suci, orang harus disucikan dulu. Penyucian bisa terjadi lewat
pertobatan. Bila orang masih hidup, orang itu tentu bisa menerima penyucian
lewat pertobatan yang dilayankan oleh gereja, tetapi bila ia sudah mati maka
penyuciannya dilakukan dalam purgatori itu. Sebaliknya, dalam Kristen Protestan
kita tidak menemukan konsep mengenai apa penyucian. Dalam Kristen Protestan
orang-orang yang sudah mati masih harus menantikan saat tibanya penghakiman
akhir itu. Tidak jelas disebutkan dimana mereka harus menjalani masa penantian,
namun penjelasan yang sering diberikan adalah mereka berada di Firdaus[7]
(tidak jelas dimana Firdaus itu berada).
Hal menarik
lainnya adalah mengenai dosa besar dan dosa kecil dalam Islam. Dalam Kristen
kita tidak mengenal dosa dalam ukuran besar atau kecilnya, yang ada adalah
tentang doktrin gereja yang mengajarkan tentang dosa keturunan. Dalam Islam
sendiri pengertian dosa besar dimengerti sebagai kesalahan besar terhadap Allah
karena melanggar aturan pokok yang diancam dengan hukuman berat, dunia dan
akhirat. Sedangkan dosa kecil dimengerti sebagai kesalahan ringan terhadap
Allah berupa pelanggaran ringan mengenai hal-hal yang bukan pokok yang hanya
diancam dengan siksaan ringan. Yang menjadi pertanyaan bagi saya adalah, apa
ukuran dosa dapat dikatakan besar atau kecil? Banyak ahli-ahli teologi Islam
juga memberi jawaban untuk hal ini, seperti misalnya bagi Ja’afar bin
Mubasysyir yang mengatakan bahwa dosa besar itu ialah setiap niat yang
digunakan untuk melakukan perbuatan dosa dan setiap orang yang melakukan
perbuatan maksiat dengan sengaja adalah dosa besar, atau beberapa
pendapat-pendapat dari beberapa ulama yang mengatakan bahwa dosa besar dan dosa
kecil dapat di lihat bila kita membandingkan kerusakan-kerusakan yang
diakibatkan oleh dosa-dosa tersebut. Apabila pada kenyataannya kerusakan yang
ditimbulkan itu hanya sedikit, maka yang demikian itu adalah dosa kecil, tetapi
bila kerusakan yang ditimbulkannya itu seimbang atau lebih besar, maka hal itu
merupakan dosa besar.[8] Di
Kristen pengertian dosa besar dan dosa kecil tidak ada dibahas, tidak ada yang
nama dosa kecil atau dosa besar; dosa ya tetap dosa. Kamu tetap tidak akan
dibenarkan apabila kamu terbukti melakukan tindakan salah dan tidak sesuai
dengan ajaran Kristen. Hanya saja seperti yang telah kita bahas diatas, karena
kasih dan anugrah Allah sehingga Ia mengutus anakNya, Yesus Kristus untuk
menyelamatkan manusia dari dosanya. Yang cukup fenomenal dalam dokrin
Kekristenan adalah konsep tentang dosa keturunan yang dimiliki manusia sejak
Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Dalam ajaran Islam tidak ada yang namanya
dosa keturunan. Ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, Ia bertobat dan Allah
mengampuni mereka. Setiap dosa yang dilakukan oleh manusia, dia sendirilah yang
harus membayar dosa-dosanya. Sehingga dalam kasus Adam dan Hawa tidak ada dosa
yang turunkan.
IV. REFLEKSI
Ajaran dan
pemahaman kedua agama besar ini tentang dosa dan pengampunan cukup jelas
memperlihatkan bahwa sebagai umat beragama dosa dan pengampunan menjadi sesuatu
yang sangat populer bagi hidup manusia. Keduanya sama-sama memahami dosa
sebagai bagian yang tak dapat terlepas dari kehidupan manusia, dan untuk itu
manusia memerlukan pengampunan/tobat sebagai tanda penyesalannya yang tulus
akan dosa yang telah ia lakukan.
Walaupun tidak
bisa disangkal bahwa kedua agama besar ini punya konsep dan cara memahami yang
berbeda tentang dosa. Setiap agama tentu saja memiliki pemahaman yang
berbeda-beda sesuai dengan keyakinan, dan inilah keanekaragaman yang patut kita
syukuri dengan saling menghargai dan menghormati ajaran agama satu sama lain.
Yang jelas kita ketahui bahwa keduanya menjelaskan dosa sebagai suatu tindakan
yang tidak sesuai dengan kehendak Allah sedangkan pengampunan adalah apa yang
diberikan Allah kepada umatNya sebagai tanda kasihNya bagi seluruh umat yang
percaya kepadaNya.
[1] Berdasarkan buku : Moucarry, Chawkat (Terj: Pdt. Djaka
Soetopo). Two Prayers for Today. 2007
[2] Wakil dari ortodoxi Islam
[3] Doa Muhammad didasari atas hak
istimewanya sebagai nabi terakhir, dan Allah telah mengampuni dosa-dosanya
terlebih dahulu. Untuk itu sebagai hasil dari doa-doa nabi, Allah mengampuni
dosa-dosa orang Muslim.
[4] Wakil dari ortodoxi Islam
[5] Salah satu aliran mistik Islam
yang sangat berpengaruh dalam komunitas Muslim
[6] Imam Al-Ghazali, Rahasia
Taubat, terj. Muhammad Bagir. Bandung:Mizan Media Utama. 2003,p. 61
[7] Merujuk kepada Luk. 23:43
[8] Hasil diskusi dengan Erina
(Mahasiswi teologi UIN Sunan Kalijaga angkatan 2010) pada hari Selasa, 10
Desember 2013
No comments:
Post a Comment