Saturday, 9 March 2013

PENDIDIKAN DASAR BAGI MANUSIA!


PENDAHULUAN
Logika berfikir Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif, yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Kontribusinya dalam ilmu pendidikan tidak diragukan lagi, walaupun banyak dari teorinya merupakan teori umum karena merupakan penjelasan dari hal-hal yang masuk akal dan sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya. Sebagai seorang yang realis, Aristoteles menekankan adanya prinsip-prinsip pertama dari alam diamana diadakan sistematisasi atas data-data alam. Sebagai seorang realis ia mendasarkan pemikirannya pada pengalaman. Menurut Aristoteles, berdasarkan pengalaman barulah selanjutnya subjek memberikan uraian mendasar mengenai data-data pengalaman itu. Jelaslah bahwa ajaran Aristoteles yang mendasar mengenai epistemologi mempunyai corak realis. Ia memandang pengetahuan sebagai hubungan timbal-balik antara subjek dan objek, dengan berbagai implikasinya.[1]

Berbeda dengan Plato yang condong mengarah pada dunia-dunia idenya, Aristoteles lebih mengemukakan tentang bagaimana suatu kebiasaan memiliki peran penting dalam diri manusia. Kebiasaan – kebiasaan baik ataupun buruk – ini kemudian berkembang menjadi suatu pengalaman yang menentukan bagaimana manusia itu kedepannya.

PENGALAMAN SEBAGAI PENDIDIKAN
Tidak bisa kita pungkiri bahwa pengalaman merupakan guru terhebat yang kita miliki. Pengalaman telah mengajar kita sejak kecil untuk mengenal bagaimana dunia ini. Dalam teorinya, Aristoteles menjelaskan mengenai pentinya pancaindera manusia sebagai dasar pendidikannya. Ia sering mengamatai kecondongan anak-anak kecil untuk menyentuh benda-benda, mencium bunga, mengamati dunia sekitarnya, meresapi maknanya dan seterusnya. Oleh karena itu guru hendaknya mengembangkan tugas belajar yang sesuai dengan minat pembawaan itu.[2] Dari sini si Anak kemudian punya pengalaman dari apa yang ia lihat dan dapatkan. Jadi singkatnya, pengalaman adalah pendidikan dasar yang harus mendahului pendidikan formal (akal).

Dalam penerapannya bagi Pendidikan Kristiani, pengalaman pun juga merupakan salah satu hal yang penting. Seperti yang kita ketahui dalam salah satu teori yang diterapkan dalam PK, yakni SCP juga menuntut pengalaman sebagai dasar.  Pengalaman yang kita sharekan ini memampukan kita untuk lebih melihat bagaimana dan apa yang akan kita lakukan kedepannya. Setiap pengalaman yang kita bagikan dan dapatkan dari proses share, kita refleksikan dan tarik makna dan visi-visi kristen apa yang dapat kita temukan di dalamnya. Disini kita telah melakukan praksis (dari teori Aristoteles mengenai 3 cara untuk berfikir), yakni suatu tindakan yang dilakukan atas refleksi dimana tindakan dan refleksi kemudian berjalan bersama. Dan untuk melangkah pada tahap berikutnya dibutuhkan aksi yang merujuk kepada bentuk poiesis, yakni bentuk nyatanya.

Dari apa yang telah saya paparkan diatas, saya mencoba menarik kesimpulan bahwa pengalaman memang sangat penting. Pengalaman mengajar kita bagaimana kita bertingkah laku kedepannya, bagaikan guru yang yang setiap waktu mampu memberikan pemahaman baru dari setiap apa yang kita lakukan. Menurut saya, melihat keadaan zaman sekarang pengalaman penting untuk membentuk anak sejak dini. Dari apa yang telah disampaikan diatas, menurut saya anak cenderung belajar dari pengalaman fisik sehingga berpotensi untuk melakukan mimesis dari pengalaman apa yang ia dapatkan dan hal ini perlu diwaspadai, karena idealnya pengalaman semestinya membawa kita belajar untuk mencari apa yang lebih baik dari yang kita alami sebelumnya. Intinya, setiap pengalaman yang kita dapat juga mengajar dan mendorong kita bagaimana cara mencapai kebahagiaan kita kedepannya.




[1] Watloly Aholihab. Tanggung Jawab pengetahuan,p. 63
[2] Boehlke, Robert R. Sejaran perkembangan pikiran dan prakter PAK,p. 11

No comments:

Post a Comment