Tuesday, 8 April 2014

Kutipan Teks Perjanjian Baru: Matius 3:17 dan Teks Perjanjian Pertama: Yes 42:1 yang dipercakapkan dilihat dari Tinjauan Teologis Patrick Miller

Teks Perjanjian Baru: Matius 3:17
Lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.”
Teks Perjanjian Pertama: Yes 42:1
Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, kepadanyalah Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa.

Penjelasan:
Dalam perikop Hamba TUHAN dalam Yes 42:1 diceriterakan tentang sosok hamba TUHAN yang akan datang membebaskan Israel dari pembuangan. Konteks bangsa Israel kala itu adalah sedang dalam penindasan; penindasan oleh bangsa lain di Babilonia. Dari keterpurukan/penindasan ini kemudian lahirlah sebuah pengharapan iman yang diawali oleh Deutro-Yesaya. Deutro-Yesaya datang dengan membawa semangat dan harapan kepada bangsa Israel bahwa akan tiba saat bagi mereka untuk keluar dari ketertindasan dan keterpurukan ini. Israel tidak bisa dipisahkan dari kepercayaannya kepada YHWH, untuk itu ketika bangsa Israel jatuh dan dibuang ke Babilonia dimengerti sebagai sebuah hukuman atas segala dosa yang telah dilakukan oleh bangsa itu. Namun, pengharapan yang diberitakan oleh Deutro-Yesaya membawa semangat tersendiri bagi bangsa ini. Apa yang dialami bangsa Israel selama pembuangan membawa transformasi dirinya yang semakin dekat dengan ALLAHnya. Pengalaman hidupnya dengan penderitaan yang sedang ia rasakan membawanya pada satu penghayatan akan ALLAH yang adil.
Sedangkan dalam perikop Yesus dibaptis Yohanes dalam Mat 3:17 diceritakan bahwa Allah mengutus anakNya, yang Ia kasihi kepada kita manusia. Gambaran/konteks kedua perikop (baik Yesaya 42:1 dan Mat3:17) pada dasarnya adalah berbeda. Perikop Deutro-Yesaya ditulis berdasarkan maksud, tujuan dan keadaan tertentu dizamannya. Begitu juga perikop Matius. Keduanya digunakan untuk mengekspresikan bagaimana pengharapan iman mereka mampu bertumbuh di tengah-tengah pergumulan hidup yang masing-masing zaman alami.
Bagi Kekristenan, perikop matius ini memberikan makna tersendiri sesuai dengan konteks zamannya, bahwa Yesus adalah Anak ALLAH yang berkenan bagiNya. Yesus yang hadir di tengah-tengah penderitaan bangsa Yahudi oleh karena penjajahan bangsa Romawi[1] dimengerti sebagai tindakan karya penyelamatan ALLAH kepada manusia; dengan kematian Yesus di kayu salib demi menebus dosa kita. Dari penderitaan ada keselamatan yang membuahkan sukacita.

Hal ini kemudian membawa saya pada satu ide, bahwa penderitaan mampu membuat manusia bertemu dengan dirinya yang sesungguhnya (kebutuhan akan berserah dan bersandar pada ALLAH yang transenden itu). Kedua perikop di atas (baik Yesaya 42:1 dan Mat 3:17) baiklah dipercakapkan sebagai sebuah pengalaman, olah dari apa yang telah kita warisi dari sepanjang sejarah, dan diperhadapkan pada iman dalam pergumulan hidup di zaman sekarang ini yang menghasilkan pembelajaran untuk kita memperbaiki diri menjadi lebih baik dari masa-masa sebelumnya.



[1] Bangsa Yahudi dalam tradisi dan kepercayaannya meyakini adanya konsep Mesias yang kemudian mereka mengerti sebagai seseorang yang pada saatnya nanti akan membebaskan mereka dari penderitaan oleh penjajahan bangsa Romawi dan akan memulihkan kerajaa Israel seperti pada kejayaannya di masa Raja Daud. Namun, hal ini kemudian tidak sesuai dengan yang mereka harapkan. 

No comments:

Post a Comment