Teks Perjanjian Baru: Matius 3:17
Lalu terdengarlah suara dari sorga yang
mengatakan: “Inilah Anak-Ku yang
Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.”
Teks Perjanjian Pertama: Yes 42:1
Lihat,
itu hamba-Ku yang Kupegang, kepadanyalah Aku berkenan.
Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada
bangsa-bangsa.
Penjelasan:
Dalam perikop Hamba TUHAN dalam Yes 42:1
diceriterakan tentang sosok hamba TUHAN yang akan datang membebaskan Israel
dari pembuangan. Konteks bangsa Israel kala itu adalah sedang dalam penindasan;
penindasan oleh bangsa lain di Babilonia. Dari keterpurukan/penindasan ini
kemudian lahirlah sebuah pengharapan iman yang diawali oleh Deutro-Yesaya.
Deutro-Yesaya datang dengan membawa semangat dan harapan kepada bangsa Israel
bahwa akan tiba saat bagi mereka untuk keluar dari ketertindasan dan
keterpurukan ini. Israel tidak bisa dipisahkan dari kepercayaannya kepada YHWH,
untuk itu ketika bangsa Israel jatuh dan dibuang ke Babilonia dimengerti
sebagai sebuah hukuman atas segala dosa yang telah dilakukan oleh bangsa itu.
Namun, pengharapan yang diberitakan oleh Deutro-Yesaya membawa semangat
tersendiri bagi bangsa ini. Apa yang dialami bangsa Israel selama pembuangan
membawa transformasi dirinya yang semakin dekat dengan ALLAHnya. Pengalaman
hidupnya dengan penderitaan yang sedang ia rasakan membawanya pada satu
penghayatan akan ALLAH yang adil.
Sedangkan dalam perikop Yesus dibaptis
Yohanes dalam Mat 3:17 diceritakan bahwa Allah mengutus anakNya, yang Ia kasihi
kepada kita manusia. Gambaran/konteks kedua perikop (baik Yesaya 42:1 dan
Mat3:17) pada dasarnya adalah berbeda. Perikop Deutro-Yesaya ditulis berdasarkan
maksud, tujuan dan keadaan tertentu dizamannya. Begitu juga perikop Matius. Keduanya
digunakan untuk mengekspresikan bagaimana pengharapan iman mereka mampu
bertumbuh di tengah-tengah pergumulan hidup yang masing-masing zaman alami.
Bagi Kekristenan, perikop matius ini
memberikan makna tersendiri sesuai dengan konteks zamannya, bahwa Yesus adalah
Anak ALLAH yang berkenan bagiNya. Yesus yang hadir di tengah-tengah penderitaan
bangsa Yahudi oleh karena penjajahan bangsa Romawi[1]
dimengerti sebagai tindakan karya penyelamatan ALLAH kepada manusia; dengan
kematian Yesus di kayu salib demi menebus dosa kita. Dari penderitaan ada
keselamatan yang membuahkan sukacita.
Hal ini kemudian
membawa saya pada satu ide, bahwa penderitaan mampu membuat manusia bertemu
dengan dirinya yang sesungguhnya (kebutuhan akan berserah dan bersandar pada
ALLAH yang transenden itu). Kedua perikop di atas (baik Yesaya 42:1 dan Mat 3:17)
baiklah dipercakapkan sebagai sebuah pengalaman, olah dari apa yang telah kita
warisi dari sepanjang sejarah, dan diperhadapkan pada iman dalam pergumulan
hidup di zaman sekarang ini yang menghasilkan pembelajaran untuk kita
memperbaiki diri menjadi lebih baik dari masa-masa sebelumnya.
[1] Bangsa Yahudi dalam tradisi dan
kepercayaannya meyakini adanya konsep Mesias yang kemudian mereka mengerti
sebagai seseorang yang pada saatnya nanti akan membebaskan mereka dari
penderitaan oleh penjajahan bangsa Romawi dan akan memulihkan kerajaa Israel seperti
pada kejayaannya di masa Raja Daud. Namun, hal ini kemudian tidak sesuai dengan
yang mereka harapkan.
No comments:
Post a Comment