I.
Injil
: Paulus sebagai pengabar injil
Sama seperti apa
yang telah disampaikan di atas, Paulus menyatakan dirinya sebagai seorang rasul
yang diutus untuk mengabarkan Injil tentang keselamatan lewat karya
penyelamatan Allah yang nyata dalam diri Yesus Kristus sebagai Anak Allah, yang
sebelumnya telah dinubuatkan oleh para nabi dalam tulisan-tulisan perjanjian
lama. Dalam Rom.1:3-4 Paulus sangat menekankan Yesus Kristus sang Mesias dari
keturunan Daud sebagai Anak Allah yang
berkuasa, yang telah bangkit dari kematian dan mengalahkan maut, yang
adalah TUHAN itu sendiri. Lewat kebangkitan Kristus inilah Allah menyatakan
kuasaNya.
Dalam surat
Paulus kepada Jemaat di Roma, kita bisa melihat pemikiran atau dasar teologi
Paulus yang berpusat pada Yesus Kristus (Kristologi) dan karya penyelamatanNya
yang menebus dosa manusia lewat kematian dan kebangkitanNya. Bagi Paulus
sendiri, karya penyelamatan Yesus Kristus ini dapat diterima oleh orang-orang
yang percaya kepadaNya, tidak hanya untuk orang-orang tertentu saja, melainkan
bagi seluruh bangsa.
Paulus juga menjelaskan
pemahamannya tentang Kerajaan Anak Allah, layaknya seperti pembebas yang mampu
mengatasi segala kuasa-kuasa kegelapan (satanic) yang dibinasakan, dikalahkan
dan takhluk di bawah Kristus (bdk.Kol.1:13-14; 1Kor.15:23-28; 1 Kor.15:51-57).
Penggambaran ini sama seperti karya penebusan Yesus Kristus yang akhirnya
memulihkan hubungan manusia dan Allahnya yang telah rusak akibat dosa. Dari
sini kita bisa melihat bahwa Allah sendiri yang dengan caraNya yang ajaib
mengatur karya penyelamatan bagi umatNya agar tidak binasa, yakni lewat
kematian anakNya, Yesus Kristus. Dalam Rom.1:3 dan Gal.4:4 terdapat kesamaan
penggunaan kata “AnakNya”. Dalam Rom.1:3, Paulus memahami bahwa Anak Allah
sudah ada sebelum segala sesuatu ada, dan Allah mengutusnya untuk mewujudkan
keselamatan lewat Yesus Kristus sebagai bentuk perwujudan kasih Allah. Atas
dasar pemahaman inilah Paulus kemudian menyatakan bahwa Injil yang ia beritakan
merupakan Injil Allah, yang merujuk kepada dasar teologi Paulus bahwa Anak
Allah lahir sebagai Mesias, mati demi menebus dosa manusia dan bangkit untuk
menghakimi orang-orang percaya pada penghakiman akhir. Paulus memperlihatkan
bahwa di dalam Firman Allah nyatalah kebenaranNya, sama seperti yang telah
dituliskan dalam injil bahwa Kristus merupakan manifestasi pengharapan iman eskatologi
karya penyelamatan Allah dan pemenuhan janjiNya dengan Israel dan seluruh
ciptaanNya. Sehingga jelaslah Paulus mau menyampaikan bahwa Injil yang ia
beritakan ini, merupakan kabar sukacita tentang kuasa Allah yang menyelamatkan
bagi mereka yang beriman kepadaNya, baik itu mereka orang Yahudi ataupun Orang
Yunani (Rom.1:16). Untuk itu jemaat di Roma di kuatkan lewat surat ini agar bertobat
dari kuasa kegelapan (Rom.2:4-6), masuk dalam kerajaan Allah yang ditandai
lewat pembaptisan serta lebih berpegang teguh pada iman kepada Kristus (melihat
konteks jemaat yang mengalami tantangan) bdk. Rom.12:1-2. Di sini jelaslah
tujuan misi Paulus adalah menuntun semua bangsa, supaya mereka taat kepada
namaNya (Rom.1:5). Dengan memberitakan Injil Allah Paulus memperkenalkan konsep
Kerajaan Anak Allah di tengah-tengah orang Kristen non-Yahudi, dengan penghayatan
Allah sebagai pencipta yang patut diagungkan kekal selamanya.
II.
Rasul
: Panginjilan Kepada Orang-orang non-Yahudi
Paulus menyebut dirinya sebagai
pemberita tentang akhir zaman (Rom. 1:1-5, cf. Gal. 1:15-16). Secara umum, para
komentator setuju bahwa Paulus dipahami panggilan kerasulannya, seperti
panggilan Hamba Allah dalam yes. 49, serta dengan nabi Yeremia. Seyoon Kim berusaha melengkapi anggapan di
atas dengan meneliti surat-surat yang Paulus. Dalam penelitiannya itu, Paulus
dihubungkan dengan panggilan Sang Hamba di dalam kitab proto, dan
deutro-Yesaya, dimana keduanya memiliki beberapa keserupaan dalam menjelaskan
tugas sang Hamba, yaitu menjadi penuntun bagi bangsa-bangsa asing, atau bangsa
selain bangsa yahudi.
Di dalam Lagu Hamba Tuhan pada
Deutro-yesaya 42, menggambarkan tentang pengurapan dan pengutusan sang Hamba
Tuhan. Dalam terang teks ini, Kim menilai bahwa ucapan paulus sedikit banyak
terpengaruh dg teks ini. Lagi, juga bukan hanya sekadar menggambarkan kedua hal
itu saja, tetapi surat 2 korintus 2:21-2 memperlihatkan bahwa adanya dukungan
dari Roh Kudus kepada Paulus. Hal ini menunjukkan bahwa paulus, sepertinya,
menggunakan PL untuk mendukung statusnya sebagai rasul.
Panggilan paulus sebagai rasul juga
berangkat dari penyataan Kristus kepadanya. Pernyataan tersebut mengilhami
paulus untuk mengabarkan injil tentang keselamatan dan penebusan yang daripada
Allah melalui tangan kanan-Nya, yesus kristus, untuk pemerintahan Allah
nantinya. Oleh karena itu, seperti deutro-yesaya, paulus juga memberitakan
hal-hal itu kepada seluruh bangsa, dalam hal ini bangsa asing.
Paulus menyadari bahwa penyataan Kristus
(Damascus chrystophany) merupakan
sebuah tanda dari kedatangan Mesias-keturunan Daud, datangnya pemerintahan
Allah, pewahyuan kemuliaan Allah, pemujaannya kepada Sang Sesias itu, dan
peristiwa pemulihan bangsa Israel.
Paulus menyadari bahwa mayoritas dari
Israel telah dikeraskan terhadap ajaran dimana akan terjadi pembangunan kembali
Israel saat terjadinya Parousia dari
Tuhan Yesus. Sebagian kecil dari Yahudi yang telah percaya juga memusatkan diri
pada gereja di Yerusalem, dan mengharapkan pembangunan kembali seluruh Israel.
Dari hal tersebut, maka Paulus menjadi yakin bahwa pokok utama dari teks-teks
tersebut telah dinyatakan : semua hal telah siap bagi kaum bukan Yahudi untuk
datang ke Kerajaan Allah, dan menerima penyelamatan-Nya.
Jadi, Paulus memahami panggilan Allah
pada Yesaya 52.6-10, dan penegasan dari yes. 42, 49, 61, seperti yes. 6,
sebagai panggilannya menjadi rasul dengan tugas mengabarkan Injil. Berangkat
dari hal itu, paulus berusaha melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
rasul sang pekabar Injil.
III. Pengabaran Injil : Perjalanan
Paulus ke Yerusalem untuk Memberitakan Kabar Keselamatan kepada Bangsa Lain
Paulus
ketika dalam perjalanan mengkabarkan injilnya, memiliki keunikan didalam
penyampaian firman Allah kepada umatnya. Keunikan ini dipandang sebagai ciri
khas yang dimiliki Paulus dalam menyampaikan teologinya kepada para umat di
Yerusalem. Pada saat ini Paulus berhadapan dengan sekelompok orang yang berasal
dari luar Yahudi dan orang Yahudi sendiri. Permasalahannya adalah soal
persembahan yang menurut Paulus merupakan sebuah persembahan yang ditujukan
kepada Tuhan melalui umat Tuhan dan secara eksplisit Paulus menyampaikannya
(Rom 15 : 22 -32; 1 kor 16 : 1-4 ). Ada banyak kontroversi dari apa yang
disampaikan oleh Paulus ini, namun kembali lagi kepada pesan Paulus berdasar
firman Allah bahwa setiap manusia haruslah menolong sesamanya manusia. Melalui
persembahan yang disampaikan oleh umat, Paulus berkata bahwa ketika kamu
mempersembahkan persembahan kepada sesamamu, sebenarnya kamu telah
mempersembahkannya bagi kemuliaan nama Tuhan di dunia ini. Belajar dari Paulus,
ketika Paulus menjalankan karya misi ini banyak tantangan yang harus ia hadapi.
Namun, melalui kegigihannya dan semangatnya pada ahkirnya Paulus berhasil
menyatukan antara orang-orang non-Yahudi dengan orang Yahudi itu sendiri (Rom
11:25). Kerajaan Allah kini telah diisi oleh banyak orang asing, orang asing
yang menyadari bahwa dirinya ada karena Allah sang pemberi kehidupan terus
berkarya melalui hidupnya.
No comments:
Post a Comment